Jumat

Mountaint, Culture and Java Society

Pulau Jawa adalah satu daerah penuh dengan legenda, kekuatan gaib dan mistis serta kepercayaan manusia tentang hantu-hantu, roh-roh leluhur, mahluk halus dan sebagainya. Laporan ini adalah satu pemeriksaan ke dalam dunia gaib yang berada di Jawa terutama kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung-gunung. Waktu saya naik sampai puncak Gunung Semeru pada bulan Januari tahun 1993 lalu yang kali kedua pada tahun 1994 pada bulan yang sama.
Perjalanan dimulai dari Malang lewat Batu yang penuh hamparan kebun apel lalu dilanjutkan berjalan ke Gunung Bromo menggunakan jalan pintas lewat Cemoro Lowong atas petunjuk Pak Tumari. Setelah selesai naik Gunung Semeru dan Gunung Bromo tersebut saya melihat tidak hanya keindahan tapi juga rasa hormat masyarakat Tengger -dan ini saya rasakan secara tidak langsung dari semua masyarakat sekitar gunung yang pernah saya daki- terhadap gunung hingga membuat saya merasa terpesona sekaligus penasaran.
Dari pengalaman itu saya kemudian ingin tahu lebih banyak tentang masyarakat dan gunungnya dalam sistem kepercayaan masyarakatnya. Hal-hal tersebut mengganggu pikiran dan sampai akhirnya mencari koneksitas kosmologi dan masyarakat Jawa, agama Islam, agama Hindu-Budha, kepercayaan animisme serta kepercayan masyarakat Jawa terhadap dunia gaib. Asal muasal kepercayaan manusia dan gunung-gunung di Jawa umumnya terus mengusik untuk mencari jawaban dalam persfektif keilmiahan.
Walaupun kebanyak orang di Jawa beragama Islam, agama Islam yang dilakukan di Jawa beda dengan agama Islam sebagai Din dari tempat asalnya (Timur Tengah). Agama Islam yang dilakukan di Jawa juga punya unsur-unsur yang lain, yaitu kepercayaan animisme dari zaman prasejarah serta agama Hindu-Budha dari zaman kerajaan Hindu-Budha.
Agama Hindu-Budha menguasai pulau Jawa selama delapan abad, abad 8 sampai abad 16.

Gunung Semeru
Orang beragama Hindu percaya dalam Gunung Meru sebagai rumahnya para dewa-dewa serta gunungnya melambangkan hubungan diantara dunia manusia (bumi) dan Kayangan atau dunia para dewa-dewa.
Dalam cerita pewayangan bahwa Gunung Meru adalah sejumput Gunung Mahameru yang terjatuh saat dipindahkan oleh Hanoman. Kepercayaan tersebut memang pengaruhi kepercayaan masyarakat Jawa pada umumnya mengenai gunung. Orang Jawa percaya gunung adalah tempat sakral dan biasanya didiami oleh mahluk halus, roh-roh leluhur atau dewa. Selain unsur agama Hindu-Budha, manusia Jawa juga punya kepercayaan bahwa tempat-tempat atau obyek punya semangat diri sendiri. Kepercayaan manusia seperti di atas adalah kepercayaan animisme dan termasuk kepercayaan tentang mahluk halus, roh-roh leluhur atau hantu-hantu yang mendiami macam-macam tempat. Kedua unsur di atas dicampurkan dengan agama Islam dan masih ada sampai saat ini.
Pada zaman kerajaan Hindu-Budha daerah Tengger dipakai sebagai tempat semedi dan untuk menghormati dewa Brama, yaitu dewa api serta dewa arah selatan dalam kosmologi Hindu. Orang Tengger Hindu dan Gunung Bromo adalah gunung paling penting karena gunung ini sebagai tempatnya para Dewa Brama. Mengenai kepercayaan orang Tengger terhadap gunung dan sebagai penghormatan terhadap asal usulnya sendiri, maka terbentuklah legenda Kasada serta Upacara Kasada. Legenda Kasada itu adalah cerita mengenai asal usul cikal bakal manusia Tengger dan hubungan mereka dengan mahluk halus Gunung Bromo. Dalam legenda itu satu nenek moyang Tengger bernama �Dewa Kusuma� mengkorbankan jiwanya untuk kemakmuran anak cucunya. Akibatnya dari legendanya adalah perjanjian diantara manusia Tengger dan Dewa Kusuma untuk memberi sesajian setiap satu tahun sekali di Gunung Bromo. Perjanjian itu berbentuk Upacara Kasada yang dilakukan setiap pada tanggal 14 bulan Kasada dalam ketanggalan Tengger.
Selain legenda Kasada dan upacaranya saya juga menemukan kosmologi manusia Tengger yang menanggap Gunung Bromo sebagai poros alam semesta kemudian dijadikan sebagai pusat kegiatan upacara ritual keagamaan dengan segala kosmologinya.
Ritual keagamaan orang Tengger selalu dilakukan menghadap Gunung Bromo atau ke arah selatan.

Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di kepulauan Indonesia. Oleh karena itu menurut penduduk daerahnya, Gunung Merapi adalah pemberi dan pengambil yaitu memberi pupuk dari letusan gunungnya yang penting untuk kehidupan manusia dan juga letusan yang sama sudah mematikan ribuan jiwa sepanjang sejarah letusannya.
Kepercayaan serta kosmologi manusia Gunung Merapi didasarkan dalam Legenda Kyai Sapujagad. Cerita legenda itu terjadi pada waktu Kerajaan Mataram kedua muncul dan mengambarkan hubungan pendiri kerajannya yaitu �Panembahan Senopati� dengan dunia gaib. Kosmologi manusia Daerah Gunung Merapi terdiri dari lima bagian yaitu Kraton Mataram Yogyakarta di tengah yang berada di dunia manusia dan Kraton Mahluk Halus Gunung Merapi ke utara, Kraton Laut Selatan ke selatan, Gunung Lawu ke timur dan Khayangan, Dlephi ke barat yang berada dalam dunia gaib. Akibatnya dari Legenda Kyai Sapujagad adalah perjanjian bahwa Kraton Mataram Yogyakarta bertanggungjawab untuk memberi sesajian kepada para mahluk halus di empat tempat yang lain dalam kosmologi manusia. Dalam kembalinya rakyatnya akan dilindungi oleh para mahluk halus tersebut. Perjanjian itu berbentuk Upacara Labuhan yang dilakukan setiap tahun sekali dan mulai pada tanggal 25 bulan Bakdamulud di Laut Selatan.
Kraton Mahluk Halus Merapi di dalam kosmologi Kraton Yogyakarta dipercayai oleh penduduk dipimpin oleh mahluk halus bernama �Empu Rama� dan �Permadi� dan menurut orang yang lain oleh �Kyai Merlapa. Selain pemimpin di dalam kratonnya penduduk juga percaya dalam macam-macam tokoh lain yang mendiami kraton itu. Kepercayaan manusia tentang Kraton Mahluk Halus Merapi tidak hanya dipercayai oleh Kraton Yogyakarta tetapi juga memperluas sampai rakyat desa-desa di lereng gunungnya. Rakyat tersebut punya kepercayaan tentang dunia akhirat. Menurut mereka waktu manusia meninggal rohnya akan mendiami tempat-tempat yang tergantung pada perlakuan hidupnya. Kalau orang waktu manusia melakukan hidupnya yang baik, rohnya akan tinggal di dalam Kraton Mahluk Halus Merapi atau Kraton laut Selatan. Sebaliknya kalau orang waktu manusia melakukan hidupnya yang tidak baik, rohnya akan dibuang dari kratonnya dan mendiami batu, pohon, tempat sepi dan sebagainya. Selain kepercayaan dunia akhirat itu manusia Gunung Merapi juga punya kepercayaan mengenai tempat-tempat angker serta binatang-binatang sakral di daerahnya.
Menurut kepercayaan penduduk daerah Gunung Merapi kalau gunungnya akan meletus mahluk halus Kraton Merapi akan memberikan tanda kepada manusia. Biasanya tanda itu dalam bentuk mimpi yang termia oleh para dukun atau �juru kunci� Gunung Merapi. Saat ini ada ramalan bahwa Gunung Merapi sedang menjadi aktif lagi, menurut para paranormal dan para dukun. Ramalan itu didasarkan dalam rasionil bahwa manusia akan kena kemarahan para mahluk halus karena keadaan politik dan manusia di Indonesia pada saat ini.

Semua legenda dan upacara didasarkan dan disah dalam sejarah, yaitu Daerah Tengger bersejarah kerajaan Majapahit dan Daerah Gunung Merapi bersejarah kerajaan Mataram kedua. Lagi pula kebanyakan kepercayaan manusia terhapap gunung berunsur agama Hindu-Budha dari zaman kerajaan Hindu-Budha atau kepercayaan animisme dari zaman prasejarah. Kalau orang Jawa beragama Islam, Kristen atau agama yang lain biasanya mereka juga punya kepercayan yang berasal Jawa. Dalam kepercayaan manusia berasal Jawa tersebut gunung-gunung memang berperan yang sangat penting.

Rakyat Jawa tidak dapat memisahkan diri dari tanah dan lingkungannya. Pulau Jawa adalah pulau yang paling padat penduduknya di dunia dan semua penduduk tersebut tinggal di suatu daerah yang berada banyak gunung-gunung berapi yang aktif. Kekuatan pada gunung-gunung berapi tersebut sering dialami oleh manusia Jawa, kekuatannya berbentuk letusan keras yang dapat menghancurkan desa-desa dan kebun-kebun rakyat maupun mengorbankan ribuan jiwa manusia. Selanjutnya bencana letusan tersebut juga dapat menimbulkan bencana yang hebat dengan laut yang mengalami gelombang besar yang mengakibatkan banjir dan menghancurkan desa-desa di daerah pantai. Sebaliknya dari letusan itu dapat pula menjadi sumber pupuk bagi kehidupan rakyat Jawa. Maka dari itu kekuatan gunung berapi sangat mempengaruhi untuk semua aspek kehidupan di Palau Jawa, dari pupuknya tersebut dapat dimanfaatkan oleh para petani dan dapat menikmati pemandangannya untuk seluruh dunia.
Pulau Jawa memiliki luas tanah 132.000 km� dan mempunyai jumlah penduduk lebih dari 115 juta orang. Maka pulau Jawa adalah pulau yang paling padat penduduknya di dunia dengan kepadatan penduduknya rata-rata 850 orang setiap km�. Di daerah Jawa ada empat kota yang berpenduduk lebih dari satu juta orang dan memiliki tanah yang kaya akan pupuk di Jawa Tengah yang kepadatan penduduknya mencapai 2000 orang setiap km�. Gunung Berapi di Jawa berbentuk garis yang sepanjang pulaunya mengarah pada barat-timur dan ini adalah daerah yang paling aktif di daerah Pasifik �Ring of Fire�.
Dapat di lihat pada gambar 1.1 di bawah ini untuk letak pokok Gunung Berapi di Jawa. Beberapa Gunung Berapi di bawah ini, yang letaknya dekat dengan pulau Jawa dan masih aktif sekali,yaitu Gunung Krakatau di Selat Sunda ke Barat dari Jawa, Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Kelud, Gunung Bromo, Gunung Semeru yang ada di Jawa Timur, dan sebagainya. Selain itu daerah tersebut memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan juga ada banyak gunung berapi yang masih aktif dan dapat mengakibatkan bencana bagi manusia.

Di kepulauan Indonesia ada 129 gunung berapi yang aktif dan ada 79 gunung yang meletus sejak abad 16. Pada tahun 1883, Gunung Krakatau menjadi aktif lagi setelah waktu yang lama tidak aktif. Setelah dua bulan keaktifannya yaitu pada tanggal 26 Agustus tahun itu, Gunung Krakatau meletus dan bunyi letusannya yang keras dapat didengar dari negara Birma sampai Australia. Awan panas yang dimuntahkannya mencapai ketinggian hingga 26 km dan ada gelombang besar dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan pantai Jawa Barat dan Samudra Timur hingga menghancurkan desa-desa di daerah tersebut. Pada kejadian itu mengakibatkan korban jiwa kurang lebih 35000 jiwa. Ini adalah bencana terburuk bagi masyarakat Jawa dalam sepanjang sejarahnya. Pada tahun 1930 Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus hingga mengakibatkan korban jiwa tewas sebanyak 1369 jiwa. Pada tahun 1919 Gunung Kelud meletus mengakibatkan 5000 korban jiwa tewas. Letusan keras lain pada abad 16 yaitu Gunung Tembara pad tahun 1815, Gunung Agung pada tahun 1963 dan Gunung Galunggung pada tahun 1982. Gunung berapi sangat berperan bagi kehidupan masyarakat Jawa sebagai pemberi kehidupan dengan adanya kesuburan tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk maupun pemanfaatan hasil dari letusan tersebut.

Agama, Kepercayaan Masyarakat dan Gunung di Jawa
Masyarakat Jawa hidup bersama alam yang memiliki gunung berapi paling aktif di dunia. Sepanjang sejarah masyarakat Jawa, mereka sering mengalami bencana seperti letusan gunung berapi, gempa, banjir dan gelombang air pasang. Menurut kosmologi Jawa bencana seperti di atas berhubungan dengan tindakan manusia, masyarakat Jawa tidak memisahkan diri dengan dunia manusia, alam dan gaib tetapi semua adalah satu. Maka kalau ada kejadian dalam dunia manusia, kejadian itu punya refleksi dalam dunia gaib. Gunung-gunung dalam kosmologi manusia Jawa berperan sangat penting. Untuk masyarakat Jawa gunung adalah penderma dan pengambil. Letusan gunung berapi bermanfaat sebagai pemberi kesuburan tanah, yang juga untuk mata pencaharian rakyat letusan tersebut juga bisa menghancurkan. Menurut kosmologi masyarakat Jawa gunung-gunung sebagai perlabuhan dan rumah untuk mahluk halus jugasebagai lambang untuk bisa ditemukan dalam banyak bentukan, misalnya dalam pertunjukan Wayang (kulit, golek) pada pembukaan dan penutupan ada Gunungan (Gugunungan: Sunda). Gunungan itu dalam ceritanya bisa sebagai pengganti narasi, penggantian tema, penggambaran hutan atau gunung itu sendiri, sebagai rumahnya para dewa-dewa, juga masalah besar dalam lakon tersebut.

Salah satu masalah pada penilitian saya semester ini, tentang �kepercayan manusia terhadap gunung berapi di Jawa� adalah orang di setiap daerah masyarakat punya kepercayaan sendiri dan berbeda terhadap gunung setempat. Maka setiap daerah punya legenda, kosmologi, tempat-tempat angker dan kepercayaan terhadap gunung yang berbeda. Oleh karena itu saya hanya memfokuskan penelitian saya di dalam dua daerah bertuju mencari persamaan, perbedaan dan asalnya kepercayaan manusia di daerahnya. Saya memilih satu daerah orang beragama Hindu yaitu daerah Tengger dan satu daerah yang masyarakatnya beragama Islam yaitu daerah Gunung Merapi. Pemeriksaan ke dalam kepercayaan manusia di Jawa tidak lengkap tanpa memikirkan tentang agama di Jawa. Bab ini bertuju untuk memberi pendahuluan yang singkat dan tidak lengkap ke dalam bidang agama dan kepercayaan umum mengenai gunung di Jawa.

2.1AgamadiJawa:
Dalam sejarah pulau Jawa ada tiga zaman pokok mengenai agama yaitu zaman prasejarah sampai abad 8, dimana zaman itu rakyat Jawa tinggal di dalam masyarakat kecil dan kepercayaan animisme. Kepercayan animisme termasuk kepercayan manusia mengenai mahluk halus dan roh leluhur yang mendiami bermacam-macam tempat. Zaman kedua adalah zaman kerajaan Hindu-Budha. Pertama dengan kerajaan Mataram dari abad 8 sampai abad 10 yang terletak di Jawa Tengah, kerajaan Majapahit dari abad 13 sampai abad 16 yang terletak di Jawa Timur. Pada zaman itu kedua kerajaan tersebut masyarakatnya beragama Hindu serta agama Budha. Zaman yang ketiga adalah zaman Islam setelah abad 16 waktu kerajaan Majapahit turun. Kerajaan Islam yang dibentuk masih menyimpan banyak tradisi dari kerajaan Hindu-Budha tetapi memakai agama Islam. Karena tiga zaman agama tersebut, agama di Jawa saat ini berlapiskan tiga, yaitu kepercayaan animisme, agama Hindu-Budha dan agama Islam.
Kebanyakan orang Jawa sekarang beragama Islam dan minoritas beragama lain. Walaupun mayoritas orang beragama Islam, agama Islam yang dilakukan di Jawa punya perbedaan dari agama Islam yang dilakukan di daerah Timur Tengah. Agama Islam di Jawa dicampurkan dengan kepercayaan manusia lain yang asli Jawa, yaitu kepercayaan animisme dan kepercayaan dari kerajaan Hindu-Budha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cliford Geertz, masyarakat Islam Jawa bisa dipisahkan ke dalam tiga kelompok, yaitu Santri, Priyayi dan Abangan. Orang Santri digambarkan sebagai orang yang melakukan agama Isalm secara ortodoks dan adalah orang rajin dengan ritual-ritual agamanya.Orang Priyayi digambarkan sebagai orang yang masih punya kepercayaan dari kerajaan Hindu-Budha dan kepercayaan ini dicampurkan sama agama Islam. Orang Abangan digambarkan sebagai orang walaupun masih orang beragama Islam, agamanya dicampurkan sama kepercayaan animisme. Sejak Clifford Geertz menerbitkan buku �The Religion of Java� dia menerima banyak kecaman dari ahli anthropologi yang lain, kalau teori Geertz benar atau tidak bahwa dari pengalaman saya kebanyakan orang di Jawa kalau beragama Islam, Kristen atau yang lain, mereka masih punya kepercayaan asli Jawa. Istilah �kejawen� menyerahkan kepada orang Islam-Jawa yang masih ikut adat asli Jawa yang tidak ada dalam agama Islam secara ortodoks (Hefner, 1989, p.4). Kebanyakan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap gunung asli dari kepercayaan animisme dan agama Hindu-Budha.
2.2KepercayaanAnimismeAsliJawa:
Asalnya kepercayaan animisme adalah dari zaman prasejarah dan bagian kepercayan ini masih hidup sampai sekarang. Penganut animisme adalah orang yang percaya bahwa tempat-tempat atau obyek punya kepercayaan sendiri, misalnya orang yang percaya dengan mahluk halus, roh leluhur dan hantu yang mendiami macam-macam tempat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lucas Triyoga di daerah Gunung Merapi, dia menggolongkan mahluk halus ke dalam tiga jenis, yaitu Roh Leluhur, Dhanhyang dan Lelembut. Peggolongan tersebut adalah seperti yang berikut;
1. Roh Leluhur: Roh Leluhur adalah roh semua orang yang sudah meninggal dunia. Orang percaya bahwa waktu manusia meninggal dunia, jiwanya akan melayang-layang di atas rumahnya selama empat puluh hari. Setelah itu jiwanya akan mendiami sesuatu tempat menurut kepercayaan orangnya. Biasanya orang percaya bahwa roh leluhur bersifat baik dan akan menjaga anak cucunya.
2. Dhanhyang: Dhanhyang adalah mahluk halus yang tertinggi dan biasanya mendiami tempat seperti gunung, sumber mata air, sungai, desa, mata angin atau bukit. Mahluk halus ini bersifat baik dan suka menolong manusia.
3. Lelembut: Lelembut adalah jenisnya mahluk halus terendah. Fungsi mahluk halus ini adalah menggangu, merusak, membuat sakit dan mematikan manusia. Biasanya Lelembut mendiami tempat sepi, hutan, pohon dan batu. Ada banyak jenis Lelembut, yaitu Banaspati, Jin, Wewe, Gendruwoo, Peri, Jrangkong, Wedon, Buta, Thethekan dan Gundhul Pringis (Triyoga, 1991, pp.54-61).
2.3KepercayaanAgamaHindu-Budha:
Asalnya agama Hindu dan agama Budha adalah dari negara India dan agama tersebut datang ke pulau Jawa sebelum abad 8. Pada abad 8 kerajaan mataram pertama muncul sampai abad 10, kemudian pada abad 13 sampai abad 16 ada kerajaan Majapahit. Kedua kerajaan tersebut beragama Hindu-Budha. Agamanya adalah gabungan diantara agama Hindu, terutama terhadap dewa Siva, agama Budha dan dicampurkan dengan kepercayaan animisme. Rakyat kerajaan tersebut percaya bahwa rajanya adalah inkarnasi dewa Siva yang menurut kosmologi mereka rajanya berbentuk tengah alam semesta. Kosmologi agama Hindu termasuk lima dewa, empat dewanya menurut mata angin dan Siva sebagai tengah. Dari dewa Siva di tengah ada Iswara ke timur, Brama ke selatan, Mahadewa ke barat dan Visnu ke utara (Hefner, 1989, p.69) (melihat diagram 2.1). Selanjutnya karena dunia manusia berhubungan dengan dunia alam dan gaib, pada waktu kerajaan Hindu-Budha kalau ada bencana seperti letusan gunung berapi, banjir dan sebagainya, bencana itu akan mengkurangkan kekuatan rajanya (Magnis-Suseno, 1997, p.103).
Lingkungan geografis pulau Jawa memang cocok dengan lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa Hindu dan sebagai hubungan diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak Gunung Meru. Di Jawa sekarang percaya terhadap gunung yang menganggap gunung sebagai tempat didiami oleh dewa-dewa atau mahluk halus. Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib.

DaerahGunungMerapi:KratonMahlukHalus
3.1 PendahuluanDaerahGunungMerapi:
Untuk orang yang tinggal di Yogyakarta atau di sekeliling lereng Gunung Merapi ditemukan horison di daerah tersebut. Letak Gunung Merapi jauh di atas semua daerah lembah yang digunakan oleh petani untuk menaman padi. Gunungnya melambangkan alat yang dapat memberikan manfaat serta ancaman terhadap rakyat. Gunung Merapi berperan penting dalam kehidupan masyarakat di daerah tersebut baik dalam dunia alam dan juga dalam dunia mistis. Nama Gunung Merapi berasal dari dua kata, yaitu kata �meru� yang bermaksud gunung atau bukit dalam bahasa Sansekerta kata �api� berasal dari bahasa Jawa tetapi sekarang juga dipakai dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, karena Kata �meru� dipakai dalam namaitu makna dari Gunung Merapi adalah rumah untuk dewa-dewa yang dianggap memiliki hubungan di antara bumi (manusia) dan Kayangan, itu menurut kepercayaan dalam agama Hindu tentang Gunung Meru sebagai rumah Dewa-dewa. Maka dari itu Gunung Merapi dianggap keramat oleh rakyat yang tinggal di keliling gunungnya.
Gunung Merapi terletak di Propinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta. Puncak Gunung Merapi terletak kira-kira 30 km ke utara dari kota Yogyakarta dan kira-kira 26.5 km dari Magelang. Menurut �Atlas Tropische van Nederland (1938) lembar 21, posisi geografi Gunung Merapi adalah 7,32.5� Lintang Selatan dan 110,26.5� Bujur Timur. Pada tahun 1958 sebelum longsor Gunung Merapi punya ketinggian 2911 m di atas permukaan laut menurut Sasongko Triyoga. Namun karena sekarang letusan-letusan sering mengakibatkan Gunung Merapi mencapai ketinggian 2968 m di atas permukaan laut (Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta). Gunung Berapi yang lain di daerah tersebut adalah Gunung Merbabu dan Gunung Ungaran ke utara, Gunung Sumbing (3371m) dan Gunung Sundoro ke baratlaut dan Gunung Lawu (3265m) ke timur terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur (melihat Gambar 3.1 di bawah).

Gunung Merapi adalah gunung berapi yang paling muda di daerah ini dan pertama kali terbentuk sekitar 60.000-80.000 tahun yang lalu, selain itu juga Gunung Merapi adalah gunung berapi yang paling aktif di kepulauan Indonesia dan dapat mengancam rakyat berjumlah 70.000 orang yang telah tinggal sekeliling Gunung Merapi. Gunung Merapi berada dekat sekali pada daerah yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, misalnya ada 32 desa lebih dari 500m di atas permukaan laut dengan jumlah penduduk 258.200 jiwa, pada tahun 1997 dan juga ada di sebuah desa sampai 1700m di atas permukaan laut (Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta). Ada dua ancaman dari aktivitas Gunung Merapi untuk rakat, yang pertama adalah awan panas (Wedus Gembel) dan yang kedua adalah lahar. Awan Panas ditimbulkan oleh keruntuhan kawahnya atau dari letusan lava pijar, dan biasanya bisa mengalir hingga 6-7 km dari puncak dan kecepatannya bisa mencapai 110 km/jam. Walaupun awan panas memang sangat berbahaya dan banyak desa telah dihancurkan oleh lahar yang terjadi waktu hujan deras yang ditimbulkan dari awan panas yang berpindah dari tempat yang lebih rendah. Misalnya, pada tanggal 18 dan 19 Desember 1930 Gunung Merapi meletus dan awan panas menghancurkan 13 desa dan sebagaian menghancurkan 23 desa, jumlah penduduk yang tewas mencapai 1369 jiwa (melihat gambar 3.2 di atas).
Letusan Gunung Merapi yang pertama terjadi pada tahun 1006 dan ada teori dari R.W. Van Bammelen bahwa letusan itu ditimbulkan adanya perpindahan Kerajaan Mataram Hindu dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sebelum Candi Borobudur diperbaiki pada tahun 1815 karena tertutup abu dari Gunung Merapi yang letusannya direkam pada tahun 1768 setiap 1-5 tahun sekali Gunung Merapi itu akan meletus. Sepanjang sejarah letusan Gunung Merapi banyak orang menjadi korban dari awan panas atau lahar; pada tahun 1872 semua desa lebih dari 1000 m di atas permukaan laut telah hancurkan, tahun 1930 mengakibatkan korban sebanyak 1369 orang tewas, tahun 1954 korban sebanyak 64 orang tewas, tahun 1961 1 desa telah hancur dan tahun 1994 letusan terjadi hingga terpaksa 6000 orang mengungsi dari desanya dan 68 orang tewas (Direktorat Vulkanologi, Yogyakarta). Baru-baru ini juga ada letusan pada tanggal 14 Januari 1997 dan sebanyak 8000 orang terpaksa mengungsi dari desanya. Dari sejarah letusan Gunung Merapi itu memang jelas bahwa Gunung Merapi adalah gunung yang indah, tetapi juga berbahaya untuk rakyat di daerah Gunung Merapi. Maka kekuatan Gunung Merapi sangat dihormati oleh rakyat dan gunung itu sudah lama memiliki sistim kepercayaan di daerah tersebut.
3.2 KosmologiLuasMenurutKratonYogyakarta:
Sebelum kerajaan Mataram dan sebelum manusia menguasai bumi, bumi telah dikuasai oleh roh-roh halus. Tidak seperti manusia, roh-roh halus itu tidak bisa mati, umurnya panjang dan tidak pernah berubah (Saptoto, 2000). Roh-roh halus itu juga bisa dipanggil mahluk halus dan dunianya akan mirip dunia manusia. Seperti dalam dunia manusai kita punya kerajaan, pemerintahan, pasukan dan rakyat, dunia mahluk halus terdapat organisasi tersendiri dan juga punya kerajaan, pemerintahan, pasukan dan rakyat. Acapkali pula dalam dunia manusia satu negara harus punya hubungan dengan negara yang lain, sama dengan untuk kerajaan dalam dunia mahluk halus biasanya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan dengan kerajaan yang lainnya, baik bersifat politik, ekonomis, sosial, kebudayaan maupun militer (Sasongko Triyoga, 1991, p46). Di daerah Yogyakarta ada cerita rakyat atau legenda bernama �Kyai Sapujagad� yang menjelaskan tentang Kerajaan Mataram maupun Kosmologi Kraton Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta dibangun pada zaman kerajaan Mataram (legenda �Kyai Sapujagad�).
Menurut kosmologi rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut ada lebih dari satu Kraton. Kraton Yogyakarta adalah hanya bagian dalam sistem kosmologi yang sangat luas di daerah tersebut. Ada Kraton Yogyakarta untuk manusia di tengah, tetapi juga ada kraton untuk mahluk halus ke empat arah, yaitu Kraton Laut Selatan ke selatan dipimpin oleh Mahluk Halus Kanjeng Ratu Kidul , Kraton Gunung Merapi ke utara, Kraton Gunung Lawu ke timur dipimpin oleh Mahluk Halus Kanjeng Sunun Lawu dan ke barat di Wonogiri ada Khayangan, Dlepih yang dipimpin oleh Mahluk Halus Sang Hyang Pramoni. Kalau saya menggambarkan garis dari Gunung Merapi sampai Laut Selatan, garis itu akan ikut Sungai Boyong yang dianggap sebagai jalan raya untuk mahluk halus di antara kedua kraton tersebut. Selanjutnya ke selatan di kaki Gunung Merapi ada bukit kecil bernama Gunung Wutoh yang merupakan pintu gerbang utama Kraton Merapi.

KratonLautSelatanKanjengRatuKidul Selatan
3.3UpacaraLabuhan:
Upacara Labuhan adalah upacara yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta satu tahun sekali. Upacara tersebut dimulai pada kelahiran Sultan Hamengkubuwono ke-IX yaitu pada tanggal 25 bulan �Bakdamulud�. Upacara Labuhan dilakukan di empat tempat yang berbeda, yang menurut legenda �Kyai Sapujagad� dan kosmologi Kraton Yogyakarta. Empat tempat labuhan tersebut adalah Pantai Parangkusumo di Laut Selatan, desa Kinahrejo di Gunung Merapi, di Gunung Lawu dan di Dlepih Khayangan. Dua interpretasi dapat diambil dari kata labuhan, yang pertama dari kata pelabuhan yang berhubungan dengan kosmologi Kraton Yogyakarta dan yang kedua dari kata larung yang artinya membuang sesuatu ke dalam air yaitu sungai atau laut. Sebenarnya upacara labuhan adalah hasil dari perjanjian antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Dalam perjanjian tersebut Kraton Yogyakarta bertanggungjawab untuk memberikan sesaji kepada Mahkluk Halus di empat tempat tersebut dan dalam kembalinya rakyat Kraton Yogyakarta akan dilindungi oleh Mahkluk Halus tersebut.
Untuk Kraton Yogyakarta memberikan sesaji kepada Kraton Mahluk Halus Merapi yaitu pada Kyai Sapujagad yang labuhannya dilakukan di desa Kinahrejo yang letaknya dilereng Gunung Merapi yang dilakukan oleh Sultan Kraton Yogyakarta. Juru kunci Merapi yaitu Pak Marijan serta beberapa pejabat dari Kratonnya. Selama upacara Labuhan Kraton Mahluk Halus Merapi diberi sesaji yaitu sebuah kotak kayu yang isinya berupa pakaian maupun makanan. Pakaian tersebut akan disajikan ke Kyai Sapujagad di Kraton Merapi yaitu pakaian yang berupa pakaian laki-laki semua. Hal ini adalah cocok dengan kepercayaan bahwa Gunung Merapi adalah lambang dari kejantanan. Tanpa berdiskusi tentang hal-hal yang kecil, perlakuan upacara labuhan mempunyai tujuan pokok di belakang sebagaimana yang dijelaskan oleh legenda �Sapujagad� dan kosmologi Kraton Mataram di Yogyakarta.
Legenda �Kyai Sapujagad� adalah legenda yang menggambarkan hubungan antara Kraton Mahluk Halus Gunung Merapi dengan Kraton Mataram dan Kraton Mahluk Halus Laut Selatan. Legenda tersebut berbentuk sebagai cerita rakyat yang diturunkan dari nenek moyang kerajaan Mataram. Saya mendapatkan cerita ini dari beberapa nara sumber, yaitu wawancara dengan Ibu Agustina wakil dari Kraton Yogyakarta dan Juru Kunci Gunung Merapi yaitu Pak Marijan serta beberapa buku. Diantara semua versi legenda itu ada yang kurang jelas tentang siapa yang dipersunting oleh sang raja. Dari perjanjiannya tersebut diungkapkan bahwa Ratu Kidul mau diperistri Panembhan Senopati beserta seluruh Raja-raja penerus Mataram dan juga ada yang banyak variasinya. Versi legenda �Sapujagad� yang paling lengkap dan yang paling jelas adalah versi yang dikatakan oleh �Juru Kunci� Gunung Merapi sejak tahun 1974, Pak Marijan dalam wawancara dengan Dra. Christriyati Ariani pada tahun 1997 ;
�Dikisahkan bahwa pada masa dahulu ketika kerajaan dari Mataram masih diperintah oleh Panembahan Senopati terjadi peperangan dengan India. Kemudian Mataram kalah dan jatuh di Laut Selatan. Dilaut inilah kemudian Panembahan Senopati dipertemukan dengan Ratu Kidul, yang pada akhirnya Ratu ini mau dipersunting oleh sang Raja. Dari perjanjiannya tersebut diungkapkan bahwa Ratu Kidul mau diperistri oleh Panembahan Senopati beserta seluruh Raja-raja penerus Mataram lainnya dan ia bersedia menjaga keselamatan Kerajaan Mataram dari ancaman badai Laut Selatan.
Dalam pertemuan di Pleret, kemudian Panembahan Senopati diberi sebuah endhog jagad (telur dunia) yang tujuannya agar telur tersebut di makan oleh Panembahan Senopati sebagai lambang atau simbol persahabatan mereka. Panembahan Senopati rupanya menerima pemberian tersebut, namun beliau tak langsung memakannya akan tetapi telur tersebut dibawanya pulang. Sesampainya di rumah telur tersebut diberikan kepada Ki Juru Taman, yaitu seorang abdi dalem yang dikenal sangat setia kepada Panembahan Senopati. Mengingat perintah tersebut berasal dari Raja, maka Ki Juru Taman tak kuasa menolaknya atas perintah tersebut dan secara langsung telur tersebut dimakannya. Namun, apa yang terjadi?. Setelah Ki Juru Taman makan telur itu, ternyata Ki Juru Taman tersebut berubah menjadi Raksasa yang badan raganya berubah menjadi Mahluk Halus yang berwujud Raksasa. Akibat dari perubahan tersebut, kemudian Panembahan Senopati menetapkan Ki Juru Taman di Gunung Merapi. Tugasnya adalah menjaga Raja beserta isi Kraton dari amukan Gunung Merapi. Panembahan Senopati berjanji setiap tahunnya akan selalu mengirim kebutuhan kepada Ki Juru Taman yang kemudian dikenal dengan upacara Labuhan. Adapun sesajinya berupa pakaian maupun makanan.� (wawancara dengan Mbah Marijan, 29 November 1997).
Legenda tersebut mengambarkan hubungan Kraton Mataram di Yogyakarta dengan dua tempat lain yaitu Gunung Merapi dan Laut Selatan. Betapapun kosmologi Jawa mempunyai lima kategori yang pada dasarnya bertujuan untuk menjaga keselarasan ataupun kemantapan (Ariani, 2000, p 256), maka kosmologi menurut Kraton Mataram (Yogyakarta) di tengah Kraton Mahluk Halus Merapi, ke utara dengan Kraton Mahluk Halus Laut Selatan, ke selatan yang dijelaskan sebagai Kraton Mahluk Halus di legenda �Sapujagad�. Selanjutnya ada dua tempat lain yang dipercayai telah didiami oleh Roh-roh Halus, yaitu Gunung Lawu ke Timur dan �Dlepih Khayangan� di Wonogiri. Kedua tempat tersebut adalah yang berhubungan dengan peristiwa tertentu yang dilakukan oleh Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul dan tempat yang dipakai oleh panembahan Senopati untuk bertapa.
Gunung Lawu terletak di Kecamatan Karang Pandan, Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Gunung Lawu dipakai untuk bertapa oleh Panembahan Senopati, karena Gunungnya dipercayai telah dihuni oleh dua Roh halus yaitu, Sunan Lawu I dan Sunan Lawu II. Cerita rakyat tentang Gunung Lawu adalah seperti yang berikut ;
�Pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V, Majapahit mengalami kemunduran bahkan pada tahun 1478 di serang oleh Girindrawardana dari Kaling. Karena tentara Majapahit tidak mampu menahan serangan Girindrawardhana maka Prabu Brawijaya V melarikan diri ke Gunung Lawu. Kemudian Prabu Brawijaya V hidup sebagai pertapa di puncak Gunung Lawu dan terkenal dengan Sunan Lawu atau Raden Angkawijaya. Setelah Sunan Lawu meninggal, Rohnya menjadi penguasa Roh Halus di Gunung Lawu.
Ketika Prabu Wijaya V melarikan diri ke Gunung Lawu salah seorang Putranya yang bernama Raden Gugur melarikan diri ke Ponorogo. Tetapi setelah mengetahui ayahnya menyingkir ke Gunung Lawu, Raden Gugur segera menyusulnya. Di Gunung Lawu Raden Gugur juga hidup sebagai pertapa dengan sebutan Sunan Lawu II. Setelah Raden Gugur meninggal Rohnya menjadi penghuni Gunung Lawu, Sunan Lawu II ini dikenalnya juga dengan nama Prabu Anom (Kedaulatan Rakyat, 18 Januari 1985).� (Sumarsih, 1990, pp. 51-52).
Prabu Brawijaya dalam cerita rakyat diatas dianggap sebagai nenekmoyang Raja-raja Kesultanan Yogyakarta dan ini adalah salah satu bagian kosmologi Kraton Yogyakarta.
Tempat terakhir ke Barat adalah Dlepih Kahyangan yang terletak di Kecamatan Tirtamaya, Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah. Pada zaman dahulu Dlepih Khayangan adalah tempat indah yaitu dengan hutan hijau dan sungai Wiraka atau Dlepih. Pada waktu itu tempatnya dipakai sebagai tempat bertapa oleh Panembahan Senopati, Sultan Agung Hanyangkrakusuma dan Pangeran Mangkubumi. (Sumarsih, 1990,p. 52). Tempat yang angker di daerah Dlepih Kahyangan yang paling angker adalah �Sela Gilang� atau �Sela Pasalatan�. Tempat tersebut adalah tempat yang dipakai oleh Panembahan Senopati, untuk pertemuan dengan �Kanjeng Ratu Kidul�. Empat tempat yang dijelaskan di atas berbentuk tempat pelabuhan untuk kosmologi Keraton Mataram Yogyakarta.
3.4 KratonMahlukHalusGunungMerapi:
Kebanyakan penduduk keliling Gunung Merapi punya kepercayaan bahwa Kraton Mahluk Halus ada di Gunng Merapi. Walaupun kepercayaan tersebut tidak serbasama dan bentuknya berbeda di antara desa-desa di daerah itu, misalnya ada macam-macam cerita tentang tokoh Mahluk Halus yang berada di Kraton Mahluk Halus Merapi. Kebanyakan informasi tentang tokoh mahluk halus di Kraton Merapi berdasarkan wawancara di daerah itu dan penelitan luas oleh Pak Lucas Sasongko. Penelitian tersebut difokuskan di tiga desa yang terletak di keliling Gunung Merapi, yaitu desa Kawastu di lereng sebelah selatan ke barat dari Sungai Boyong, desa Korijaya di lereng sebelah selatan ke timur dari Sungai Boyong dan desa Wukirsari di lerengan sebelah timurlaut. Menurut penduduk desa Kawastu dan Korijaya, Kraton Gunung Merapi dipimpin oleh Mahluk Halus bernama Empu Rama dan Permadi, sedangkan menurut penduduk desa Wukisari, Kratonnya dipimpin oleh Mahluk Halus bernama Kyai Merlapa. Walaupun menurut �Juru Kunci Gunung Merapi� Bapak Marijan, saat ini Mahluk Halus bernama �Prabu Jagad� akan menjadi raja di Kraton Gunung Merapi sekarang (Hartono, 2000, p.6). Kelihatnya ada beberapa cerita bervariasi tentang siapa Raja di Kraton Gunung Merapi.
Selain pemimpin di Kraton Gunung Merapi juga ada beberapa tokoh yang lain. Mahluk Halus bernama �Nyai Gadung Melati� adalah tokoh yang paling terkenal dan dicintai oleh penduduk daerahnya. Dia berperan sebagai komandan pasukan mahluk halus Merapi dan tinggal di Gunung Wutoh, pintu gerbang utama Kraton Merapi. Tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi dan i berpakaian warna hijau daun melati. �Nyai Gadung Melati� adalah mahluk halus yang sering datang dalam mimpi-mimpi penduduk sebagai tanda letusan Gunung Merapi. Tokoh Mahluk Halus yang lain di desa Kawastu termasuk Tokoh �Eyang Sapujagad� yang tinggal di Pasar Bubar di bawah kawah dan berperan mengatur keadaan alam Merapi. Juga ada Tokoh �Kyai Petruk� yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.
Orang penduduk desa Korijaya juga mempercayai tokoh �Nyai Gadung Melati� sama dengan desa Kawastu, tetapi mereka juga mempercayai beberapa Tokoh Mahluk Halus yang lain. Ada tokoh �Eyang Antabaga yaitu pemimpin untuk semua Mahluk Halus yang tinggal di dasar Gunung Merapi, dia berperan untuk menjaga keseimbangan berat tubuh Gunung Merapi. Juga ada tokoh mahluk halus yang bertugas mengatur cuaca dan udara Merapi, bernama �Eyang Megantara�. Akhirnya ada beberapa tokoh lainnya yang dipercayai sebagai pejabat Kraton Mahluk Halus Merapi bernama �Kyai Branjangkawat�, �Kyai Kricikwesi�, �Kyai Bramagedali� dan �Kyai Wola-Wali�. Walaupun kepercayan masyarakat di daerah Merapi bermacam-macam namun masih ada banyak tokoh mahluk halus yang dipercayai oleh semua masyarakat.
Selain makhluk halus Kraton, mahkluk halus di Merapi masih ada juga Roh leluhur atau Roh-roh orang yang sudah mati. Roh-roh tersebut masih mempunyai hubungan dengan cucunya yaitu rakyat desanya yang masih hidup. Peran Roh-roh leluhur adalah untuk membantu memberikan pertolongan pada saat manusia mendapatkan bencana. Roh-roh tersebut akan menolong anak-cucunya yang biasanya memberikan nasehat dengan cara mendatanginya dalam mimpi atau memberi tanda-tanda alam sebagai peringatan waktu Gunung Merapi akan meletus. Di dalam dunia manusia ada orang yang berbuat jahat begitupun untuk Roh-roh leluhur ada juga yang berkelakuan jahat, dan Rohnya selalu mengganggu dan berbuat jahat dengan manusia. Orang yang semasa hidupnya banyak berbuat kejahatan maka Roh-roh leluhur tersebut tidak dapat tinggal di Kraton Gunung Merapi.
Masyarakat Gunung Merapi juga punya kepercayaan tentang dunia setelah kehidupan berakhir dan tentang Kraton Gunung Merapi. Menurut penduduk Kawastu sewaktu orang meninggal dunia selama empat puluh hari biasanya jiwanya masih melayang-layang tidak jauh dari rumahnya, kemudian mereka berubah dan menjadi mahkluk halus, Hidupnya mahklul halus sangat tergantung pada bagaimana jiwa itu melakukan hidupnya semasa masih di dunia. Mereka yang semasa hidupnya berkelakuan baik dan jika sudah meninggal secara �wajar� maka Rohnya akan diperbolehkan tinggal di Kraton Gunung Merapi atau di Kraton Mahkluk halus Laut Selatan yang biasanya Roh tersebut akan bekerja sebagai �abdi dalem� atau pasukan Kraton. Dan bagi mereka yang semasa hidupnya berkelakuan baik tetapi mengalami mati yang tidak wajar (bunuh diri, dibunuh, kecelakaan) maka Rohnya diijinkan tinggal di luar Kraton Merapi dan Roh tersebut menjadi rakyat kecil untuk Kraton dan di pekerjakan sebagai petani dan sebagainya. Sedangkan bagi mereka yang banyak melakukan kejahatan semasa hidupnya, Rohnya akan melayang-layang ke Barat dan ke Timur tanpa tujuan. Roh-roh leluhur yang berbuat jahat sewaktu di dunia akan menghuni di bebatuan yang besar, pohon-pohon besar, jembatan dan sebagainya. (Sasongko Triyoga 1991, p46) (melihat Diagram 3.2). Dari kepercayaan seperti ini, dapat di lihat bahwa legenda Kraton Mahkluk halus Merapi yaitu dari legenda saja dan memang penting sekali untuk keselamatan masyarakat.
3.5 Tempat-TempatAngker:
Manusia yang tinggal di lereng Gunung Merapi dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan memberikan penghidupan kepada manusia, tetapi sebaliknya jika manusia tidak hati-hati dengan lingkungan maka bencanalah jadinya. Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat-tempat angker tersebut dipercayai sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh mahkluk halus, dimana itu tidak dapat diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati (Triyoga, 1991, p 60). Selanjutnya di daerah atau tempat-tempat angker tersebut penduduk pantang untuk melakukuan kegiatan seperti menebang pohon, merumput dan mengambil ataupun memindahkan benda-benda yang ada di daerah tersebut. Selain pantangan tersebut ada juga pantangan untuk berbicara kotor, kencing atau buang air besar, karena akan mengakibatkan rasa tersinggung mahluk halus yang mendiami daerah itu. Di daerah keliling Gunung Merapi, biasanya tempat-tempat angker terdiri dari tempat-tempat yang penduduknya punya kebiasaan mencari rumput, di hutan, daerah buatan dan sumber mata air.
Menurut semua sumber, tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi yang ada di puncak Kawah Merapi tersebut menjadi tempat yang angker karena tempat itu dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai Istana dan pusat Kraton mahluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama �Pasar Bubrah� yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker.�Pasar Bubrah� tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Kraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi mahkluk halus (Triyoga, 1991, p. 61). Bagian dari Kraton mahluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Kraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh mahkluk halus yaitu �Nyai Gadung Melati�yang bertugas melindungi linkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.
Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Kraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati. Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Misalnya, menurut penduduk Kawatsu yang disebutkan dalam penelitian oleh Pak Triyoga, ada beberapa hutan yang dianggap angker yaitu: �Hutan Patuk Alap-alap� dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Kraton Merapi , �Hutan Gamelan dan Bingungan� serta �Hutan Pijen dadn Blumbang�. Dan tempat-tempat lain yang dianggap sakral yang disebutkan oleh �Juru Kunci Merapi� yaitu Pak Marijan adalah Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.
3.6BinatangSakral:
Rakyat yang tinggal di daerah Gunung Merapi percaya bahwa binatang-binatang hutan di keliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang di tangkap atau di bunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan diantara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Kraton Mahluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta (Triyoga,1991,p 64). Sama dengan yang ada tempat angker yang harus dihormati juga binatang-binatang hutan yang dimiliki manusia yang bersama-sama mendiami tanah dengan Mahluk Halus serta Roh-rohleluhur.


3.7 Tanda-TandaLetusanGunungMerapi:
Menurut Direktorat Vulkanologi Gunung Merapi akan meletus setiap 1-5 tahun sekali. Sewaktu-waktu leyusan Gunung Merapi memang berbahaya sekali untuk manusia yang tinggal di lereng Gunung itu. Misalnya letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 yang digambarkan oleh �Juru Kunci� Gunung Merapi yaitu Bapak Marijan , sebagai letusan yang paling dasyat dalam sejarah meletusnya Gunung Merapi itu. Walaupun memang letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 1994 adalah bencana yang dapat dikatakan besar dengan 68 orang yang menjadi korban, tetapi pada tahun 1930, ada sekitar 1369 orang yang menjadi korban. Meskipun keadaannya berbahaya namun masih ada orang yang tinggal di lereng Gunung Berapi yang paling aktif di kepulauan Indonesia. Mereka percaya bahwa Mahluk Halus dan Roh Leluhur akan melindungi rakyat Merapi, dan selalu memberi tanda sebelum letusan akan terjadi.
Tanda letusan yang paling kuat dari Mahluk Halus berbentuk mimpi-mimpi. Mimpi tersebut tidak datang pada semua rakyat Merapi tetapi hanya kepada orang-orang yang punya kekuatan seperti �Juru Kunci�� atau orang-orang tua yang dianggap sebagai dukun. Menurut Pak Marijan mimpi itu akan muncul pada waktu ada orang yang melakukan pertapaan dan kemudian Mahluk Halus akan datang waktu seseorang itu sedang melakukan pertapaan, kemudian Mahluk Halus akan memberitahu kan kalau Gunung Merapi itu akan meletus. Misalnya seperti Pak Marijan yang telah diwawancarai oleh majalah Posmo yang mengatakan bahwa dalam mimpi tersebut �Prabu Sapujagad� datang dan memberitahukan tentang kemurkaan dedemit Gunung Merapi saat ini. Selain tanda-tanda letusan dari mimpi juga dapat dengan binatang-binatang hutan yang akan memberikan tanda sebagai peringatan untuk rakyat tentang letusan Gunung Merapi.
Penduduknya percaya bahwa kalau binatang-binatang yang biasanya ada di dalam hutan, tiba-tiba turun dan masuk ke desa itu sebagai tanda dari �Eyang Merapi�. Mereka percaya kalau itu binatang yang dimiliki oleh Kraton Mahkluk Halus Merapi dan di kirim oleh Eyang Merapi, untuk memberi tahu rakyat dan menyiapkan diri sendiri karena Gunung Merapi akan meletus. (Triyoga, 1991, p.64). Tanda-tanda yang lainnya yang berhubungan dengan turunnya binatang-binatang hutan adalah kalau kebun rakyat tiba-tiba dirusakkan oleh binatang hutan yang kalang kabut.
3.8 ManusiaKenaKemarahanMahklukHalus :
Dalam hubungan dengan kepercayaan dan legenda tentang keberadaan Kraton Mahluk Halus di Gunung Merapi bahwa Mahluk halus tersebut punya hubungan yang akrab sama penduduk daerah Gunung Merapi ataupun dengan masyarakat luas. Mahluk Halus Gunung Merapi dipercayai dapat menolong rakyat di daerahnya serta dapat menghancurkan kalau menjadi marah. Misalnya, waktu kerajaan Pajang menyerang kerajaan Mataram dan ada pasukan Pajang di Prambanan, tiba-tiba Gunung Merapi meletus dan laharnya mengalir sampai Prambanan. Maka pasukan Pajang kembali ke Pajang lagi (Sri Sumarih, 1990, p.50). Peristiwa tersebut dianggap sebagai satu contoh ketika Mahluk Halus yang menjaga Gunung Merapi membantu rakyat Mataram. Sebaliknya, kalau Mahluk Halus menjadi marah dengan rakyat mereka bisa menimbulkan bencana. Saat ini ada teori dari dua kelompok yaitu dari paranormal serta dukun di daerah Gunung Merapi yang sebenarnya mereka sangat kecewa tentang keadaan masyarakat dan Politik di Indonesia saat ini. Menurut pendapat kelompok tersebut karena semakin buruknya tabiat yang dimiliki manusia sekarang ini dan semakin tidak seimbangnya ekosistem kehidupan ini. Dengan adanya keadaan seperti itu Mahluk Halus makin marah, karena itu Mahluk Halus di Kraton Merapi dipercayai akan memberikan pelajaran kepada manusia dan pada saat ini para dedemit Gunung Merapi sedang bekerja keras untuk menyiapkan isinya Gunung Merapi yang setiap saat siap untuk memuntahkan laharnya. (Hartono,2000,p 7).
Di dalam penelitian saya ke dalam teori tersebut ada para Paranormal dan juru kunci Gunung Merapi yaitu Pak Marijan yang tahu tentang kejadian tersebut, walaupun orang yang lain yang di sekitar Yogyakarta tidak tahu hal itu. Paranormal adalah orang yang mengetahui dan sekaligus mempunyai hubungan dengan Roh Halus yang dapat menggambarkan peristiwa kiamat yang akan terjadi sebagai proses pembaharuan bumi dan juga sebagai seleksi alami bagi manusia yang jahat. Seorang Paranormal yang terkenal yaitu T. Sujantop menggambarkan peristiwa kiamat itu di dalam sebuah karangan yang ada di majalah �Posmo� sebagai berikut :
�Suatu bencana yang bakal meregut nyawa manusia. Indonesia akan menumpahkan kemarahan. Rumah-rumah di sekitar pantai akan hanyut di telan gelombang. Banjir akan melahap bangunan-bangunan megah. Gunung-gunung yang sebelumnya non-aktif akan hidup kembali. Anak Gunung Krakatau dan Gunung Merapi akan meletus dan akan memnyebabkan gempa hebat�. (Triyoga, 2000, p 7)�.
Letusan Gunung Merapi serta �peristiwa kiamat� tersebut diramalkan akan terjadi pada tahun 2000 ini. Betapapun Juru kunci Gunung Merapi yaitu Pak Marijan menggambarkan bahwa letusan Gunung Merapi diramalkan sebagai bagian dari �peristiwa kiamat�. Menurut Beliau saat ini Mahluk halus bernama �Prabu Jagad� akan menjadi Ratu di Kraton Gunung Merapi dan Ratunya sangat ramah terhadap masyarakat Yogyakarta. Tetapi kalau Kraton Gunung Merapi akan meletus atau tidak itu terserah dari dedemit-dedemit di Gunung Merapi dan kalau pejabat negara serta manusia terus sebagai arogan dan kurang menghormati leluhur maka Gunung Merapi akan meletus. Dengan melalui �Semedi� Marijan bisa merasakan getaran-getaran dari Gunung Merapi dan tahu para dedemit akan semakin marah dengan manusia dan akan menyiapkan lava panas (Hartono, 2000, p 7). Dalam karangan tersebut disebutkan oleh Pak Marijan bahwa upacara sesaji �labuhan� itu sangat penting untuk hubungan di antara Kraton-kraton di daerah ini dan kalau sesaji itu tidak dilakukan maka penghuni Merapi akan murka. Menurut Dr. Rotdomopurbo yaitu seorang Direktur Vulkanologi Gunung Merapi yang mengatakan bahwa sudah dua tahun sampai sekarang ini Gunung Merapi belum menampakkan keaktifannya.
Menurut rakyat di daerah Gunung Merapi, sewaktu Gunung Merapi meletus itu ada tanda-tanda kemurkaan mahluk halus. Suatu tanda-tanda kemurkaan tersebut adalah bernama �Wedus Gembel� yaitu yang menampakkan gumpalan-gumpalan awan yang menyerupai wedus dengan penuh bulu yang ditimbulkan oleh awan panas yang berguguran bersamaan dengan guguran lava pijar. Istilah Wedus Gembel dianggap sebagai gerak-gerik merapi, tetapi walau kata-kata wedus gembel sering dipakai namun Pak Marijan sebagai Juru Kunci Gunung Merapi mengatakan sebutan itu tabu jika diucapkan di daerah Gunung Merapi yang menurut kepercayaan kalimat itu akan membuat mahluk halus marah. Selain Wedus Gembel ada tanda lain yang memperlihatkan kemurkaan mahluk halus menjadi meningkat. Pada tahun 1994 terjadi letusan Gunung Merapi yang paling dasyat menurut kependudukan. Sebelum letusan terjadi awan panas ke arah Magelang, tetapi pada tahun itu awan panas mengarah ke kota Yogyakarta yang membuat 68 orang tewas. Rakyat di daerah Gunung Merapi percaya adanya perubahan awan panas itu adalah tanda-tanda kemurkaan Mahluk Halus Gunung Merapi, tetapi jika menurut Dr. Ratdomopurbo dari Direktorat Vulkanologi perubahan arah itu adalah kebiasaan dan setiap 10-20 tahun mengalami perubahan arah awan panas di Gunung Merapi. Tanda-tanda lainnya adalah kalau ada hewan hutan turun dari Gunung Merapi yang dapat menghancurkan sawah yang karena dimakan oleh hewan-hewan itu.
Selain Paranormal dan Juru Kunci yang dapat Saya wawancarai lagi adalah Bapak Saptoto seorang Seniman terkenal dari Yogyakarta. Dalam lukisan Pak Saptoto yang baru bernama �Milenium 2000�, beliau melukiskan tentang keadaan politik saat ini yang semua pemimpin ingin merebutkan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri (melihat gambar 3.5 di bawah). Di belakang Pemimpin ada rakyat Indonesia sedang mendemokan semua masalah pokok-pokok negara yang yang diselesaikan. Kemudian di Horison Beliau melukiskan kota-kota yang di bakar dan Gunung Merapi yang meletus. Menurut Pak Saptoto Gunung Merapi melambangkan tanda kemarahan pada lukisannya. Beliau juga mengatakan kalau ada peristiwa yang besar maka Gunung Merapi akan memberikan tanda-tanda.(Saptoto, 2000). Gunung Merapi meletus tidak hanya satu kali dan itu selalu menggambarkan kemarahan Mahkluk Halus, misalnya peristiwa Suharto dan permulaan masa reformasi pada tahun 1997 Gunung Merapi menjadi aktif lagi.

Kalau memang Mahluk Halus Gunung Merapi meletus karena marah dengan manusia dan keadaan politik di Indonesia yang memperlihatkan kemarahannya melalui letusan itu tergantung pada orang yang berbicara. Dalam karangan di Majalah Posmo oleh Pak Triyoga, Beliau juga membuat hubungan antara letusan Gunung Merapi dan Gerakan 30 September/ PKI/ 1965, tetapi menurut sejarah yang di dapat dari Direktorat Vulkanologi Yogyakarta, letusan pada tahun 1965 dan tidak terjadi hanya pada tahun 1961 dan 1967 Gunung Merapi menjadi aktif. Walaupun itu mremang benar bahwa baru sebelum keturunan Pak Suharto pada tahun1997 Gunung Merapi meletus, tetapi mungkin kejadian itu adalah kejadian yang kebetulan saja. Karena menurut Direktorat Vulkanologi setiap 1-5 tahun Gunung Merapi akan meletus dan itu biasa untuk gunung berapi seperti Gunung Merapi. Kalau letusan Gunung Merapi adalah tanda-tanda kemarahan Mahkluk Halus atau peristiwa kebiasaan gunung berapi, itu adalah bagaimana rakyat di daerah itu menjelaskan tentang aktivitas Gunung Merapi.

DaerahTengger: Gunung Mahameru dan Bromo

4.1PendahuluanDaerahTengger:
Daerah Tengger adalah daerah bergunung-gunung terlatak di propinsi Jawa Timur dan termasuk empat kabupaten, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang. Daerahnya terletak 40 Km ke timur dari Malang dan 50 Km ke selatan dari pelabuhan Probolinggo dan Pasuruan. Di bagian selatan ada Gunung Mahameru (Semeru) yang menguasai daerahnya (melihat gambar 4.1 di bawah). Gunung Mahameru adalah gunung paling tinggi di Jawa, 3676m di atas permukaan laut dan memang gunung berapi yang masih aktif. Menurut orang Hindu di Bali Gunung Mahameru dianggap sebagai gunung paling sakral dan Bapak Gunung Agung di Bali. Di bagian utara daerahnya ada kawah kuno 9 kilo luas bernama �Laut Pasir� atau �Segara Wedi�. Di tengah Laut Pasir tersebut ada lima gunung yang semua lebih dari 400 m di atas permukaan laut pasirnya. Salah satu gunungnya adalah Gunung Bromo memang masih aktif dan gunung paling penting untuk sistem kepercayaan Masyarakat Tengger. Gunung Bromo tidak gunung berapi yang paling tinggi dari lima gunungnya, hanya 2392 m di atas permukaan laut tetapi bentuk ditengahnya kosmologi manusia Tengger.
Orang Tengger bersama daerahnya mendapat nama dari legenda Kasada yang diceritakan di bawah ini. Dua peran dalam legenda tersebut dianggap sebagai cikal bakal orang Tengger, yaitu �Rara Anteng� dan �Joko Seger�. Nama Tengger didapat dari keduanya tersebut �teng� dari �Rara Anteng� dan �ger� dari �Joko Seger�. Kata tengger menjadi istilah untuk �orang gunung� dalam bahasa Jawa Kuno. Pada waktu agama Hindu-Budha menguasai pulau Jawa terutama kerajaan Majapahit daerah Tengger dianggap sebagai tempat sakral. Daerahnya digunakan sebagai daerah untuk semedi dan selamatan terhadap �Dewa Api� yaitu �Dewa Brama�. Gunung Bromo pula mendapat namanya dari Dewa Brama. Tidak hanya nama Gunung Bromo yang berhubungan dengan kepercayaan Hindu-Budah dari India di daerah Tengger. Kedua Laut Pasir bersama Gunung Mahameru berhubungan dengan kepercayaan Hindu. Dalam wejangan Jawa kuno bernama �Prastha Nikaparwa� ada laut pasir di daerah Gunung-Gunung di Himalaya yang harus dilewati oleh para Pandauas, juga berada Gunung Meru di horison (Hefner,1989, p.24). Maka simbolismie agama Hindu di daerah ini memang kuat. Gunung Mahameru mendapat nama dari �Gunung Meru� dalam kepercayaan orang Hindu yang menanggap �Gunung Meru� sebagai rumah para dewa-dewa hubungannya diantara manusia (bumi) dan Kayangan. Pada waktu agama Islam menguasai pulau Jawa dan kerajaan Majapahit turun dalam abad 16, kebanyakan orang Hindu-Budah di Jawa melarikan diri sampai pulau Bali. Betapapun orang yang tidak bisa berjalan ke Bali pindah ke daerah bergunung-gunung Tengger. Orang Tengger sampai sekarang masih beragama Hindu.
Rakyat Tengger adalah orang petani yang tinggal dikeliling daerah bergunung-gunung dan termasuk Gunung Mahameru dan Bromo. Walaupun orang Tengger beragama Hindu, mereka tidak dapat dianggap sebagai kelompok etnis berbeda dari orang Jawa yang lain. Mereka adalah orang Hindu tetapi tidak melakukan pembakaran mayat seperti orang Hindu di Bali. Selanjutnya upacara perkawinan Tengger adalah sama dengan orang yang lain di Jawa dan pula orang Tengger memakai bahasa yang sama, yaitu bahasa Jawa Ngoko. Walaupun ada persamaan diantara orang Tengger dan orang Jawa yang lain, mereka masih punya kepercayaan dan kebudayaan berbeda. Orang Tengger punya keduanya kepercayaan animisme tentang lingkungannya serta kepercayaan Hindu. Dukun Tengger berbeda dari dukun Jawa yang lain, mereka mempunyai tujuan menjaga kebudayaan dan melakukan upacara-upacara tradisionil. Dalam setiap desa Tengger ada dukun di atas mereka ada satu dukun yang mengurus semua bernama �Lurah Dukun�. Walaupun agama orang Tengger masih kuat, saat ini dalam desa-desa Tengger juga ada penduduk beragama Islam dan Kristen.
Selama sejarah manusia Tengger daerahnya dikurangi oleh orang pendatang beragama Islam dari daerah yang lain di Jawa. Sampai tengah abad 19 kebanyakan desa-desa Tengger lebih rendah dari 1400 m dikuasai oleh pendatang beragama Islam. Sampai waktu pendatangnya tidak maju lebih dari 1400 m karena dua hal. Hal yang pertama adalah kepadatan penduduknya di atas garis 1400 m sudah lebih tinggi dari pada daerah lebih rendah. Hal yang kedua adalah bahwa panen kopi yang dimasuki oleh orang Belanda, tidak bisa ditanam di daerah lebih tinggi dari 1200 m (Hefener,1989, p.33). Saat ini keadaan di desa-desa Tengger adalah berbeda sejak jalan dibangun sampai desa Tengger yang terpencil. Misalnya baru sepuluh tahun ada jalan sampai desa Ranu Pani dan sekarang ada masyarakat beragama Islam dan Kristen yang tinggal bersama orang asli Tengger. Selanjutnya setiap tahun ada ribuan orang wisata yang datang ke daerah Tengger. Walaupun pengaruh dari luar kebudayan Tengger pada tahun-tahun baru agama Hindu mengalami kebangkitan dengan orang Tengger dan pura baru dibangun di kaki Gunung Bromo pada tahun 1992. Menurut Pak Soedja�I Lurah Dukun Tengger tradisi dan kebudayaan Tengger memang masih kuat dan tidak dipengaruhi oleh kepercayaan manusia yang lain.

4.2PerlabuhanManusiaTengger�GunungBromo�:
Menurut Kosmologi Manusia Tengger Gunung Bromo berbentuk tengah atau perlabuhan untuk sistim kepercayaan rakyat. Pada zaman dulu semua bangunan dan sanggar Tengger dibangun menghadap Gunung Bromo. Dukun akan melakukan selamatan menghadap Gunung Bromo. Waktu orang Tengger yang meninggal dunia dia dikuburkan dengan kepalanya menghadap Gunung Bromo. Walaupun saat ini orang yang meninggal dunia dikuburkan menghadap ke selatan, berbeda dari pada orang yang lain di Jawa. Selanjutnya Dukun melakukan selamatan menghadap Gunung Bromo atau ke selatan. Semua hal di atas bisa dijelaskan oleh kosmologi Tengger pada zaman dulu.
Nama Gunung Bromo asalnya dari dewa Brama dari agama Hindu. Ahli sejarah percaya bahwa pada kerajaan Majapahit daerah Tengger di pakai sebagai daerah keselamatan dewa Brama. Menurut kosmologi agama Hindu setiap dewa melambangkan arah angin, yaitu �Isewara� arahnya timur, �Brama� arahnya selatan, �Mahadewa� arahnya barat, �Visnu� arahnya utara dan �Siva� di tengah (Hefner,1998,p.68). Bagi manusia Tengger kalau Gunung Bromo melambangkan tengah kosmologi manusia tetapi juga dewa �Brama� adalah dewa arahnya selatan akibatnya Gunung Bromo selalu berada ke selatan. Maka ibu mata angin Tengger selalu diurus oleh Gunung Bromo ke selatan. Pada saat ini sistim ibu mata angin digambarkan di atas tidak lagi digunnakan dan orang Tengger gunnakan sistim sama dengan seluruh pulau Jawa. Akibatnya sekarang ada orang yang pakai arahnya selatan untuk selamatan dan pula ada orang yang pakai arahnya Gunung Bromo.
4.3CikalBakalManusiaTengger�LegendaKasada�:
Gunung Bromo tidak bisa dipisahkan dari sistim kepercayaan masyarakat Tengger. Legenda Kasada adalah cerita tentang cikal bakal rakyat Tengger dan mengambarkan hubungan di antara manusia dan mahluk halus Gunung Bromo. Dalam legenda Kasada mahluk halus Gunung Bromo tidak punya nama sendiri tetapi dipanggil oleh nama �Sang Yang Widi�. Cikal Bakal Tengger dalam ceritanya digambarkan sebagai asal-usulnya dari kerajaan Majapahit sebelum keturunan kerajaan Hindu-Budha di Jawa. Tujuan legenda Kasada adalah bahwa suatu nenek moyang Tengger bernama �Dewa Kusuma� anak dari �Joko Seger� dan �Rara Angteng� mengkorbankan jiwanya untuk keluarganya dan orang Tengger. Akibatnya adalah perjanjian di antara roh leluhur �Dewa Kusuma� dan orang Tengger untuk memberi sesajian setaip tanggal 14 bulan Kasada dalam ketanggalan Tengger. Upacara sesajian itu bernama �Upacara Kasada� dan diikuti oleh orang Tengger satu tahun sekali sampai sekarang.
Dalam permulaan legenda Kasada ada tiga peran pokok. Peran yang pertama bernama �Kyai Dadap Putih� suatu dukun dari kerajaan Majapahit. Dia datang ke daerah Tengger bertujuan semedi. Peran yang kedua adalah orang perampuan muda bernama �Rara Angteng� pula dari kerajaan Majapahit. Dia datang di daerah Tengger untuk mencari ayahnya yang menjadi hilang sambil semedi di gunungnya. Peran yang ketiga adalah �Joko Seger� orang dari desa di daerah gunungnya. Dia pula mencari orang, pamannya menjadi hilang sambil semedi di gunung. �Kyai Dadap Putih� ketemu sama �Rara Angteng� dan mengangkat dia sebagai anaknya. Sebentar lagi waktu �Rara Anteng� sedang semedi dia ketemu sama �Joko Seger� (Hefener,1989, p.53). Walaupun ada beberapa versi legenda Kasada yang lain, versi yang diceritakan oleh Pak Soedja�i Lurah Dukun Tengger dalam wawancara pada tanggal 21 Maret tahun 2000 adalah sebagai berikut;
�Joko Seger dan Rara Anteng berasal dari Kerajaan Majapahit. Joko Seger masih keturunan Brahmana dan Dewi Rara Anteng keturunan Bangsawan. Disini dahulu masih berwujud hutan dan tidak seperti sekarang. Karena mereka adalah lain jenis kemudian ingin membentuk sebuah Rumah Tangga dan kemudian melaksanakan perkawinan yang disahkan oleh Resi Dadap Putih.
Setelah kawin diangkat sebagai Raja di daerah Tengger. Nama Tengger itu sendiri diambil dari Rara Anteng dan Joko Seger yang setelah itu mendapat julukan Probo Waseso Mangku Rating Tengger. Namun mereka masih belum mempunyai keturunan. Mereka berniat semedi. Waktu Semedi (meditasi) di Watu Kuta memohon kepada Sang Yang Widi untuk mendapatkan keturunan. Kemudian ada terdengar suara Gaib yang kemudian diberi anak sebanyak 25 anak laki-laki dan perempuan namun nantinya akan diambil salah satunya.Tahun demi tahun terkabullah keinginannya dan memiliki anak sebanyak 25, dan yang Bungsu bernama Raden Kusuma yang pada usia 10 tahun anak-anak diungsikan (pindah) dari daerah yang jauh dari tempat semedi. Tepatnya pada bulan Kasada, bulan Purnama tanggal 14 sekitar �Subuh� tapi orang-orang Tengger biasa mengatakan Putih Wetan. Anak-anak sudah bermain di daerah Gunung,bersamaan anak-anak yang sedang bermain, api dari Gunung Bromo menjilat sampai ke tempat anak-anak bermain, setelah api hilang lenyap dan Kusuma dibawa oleh api Gunung Bromo, waktu itu juga saudaranya mencarinya tetapi orang tuanya menyadarinya dari dulu. Setelah saudara-saudaranya dan orangtuanya tiba tepatnya di bawah Gunung Bromo ada suara Kusuma. Kusuma mengatakan bahwa tidak perlu untuk mencari dia karena dia mewakili semua saudara-saudaranya untuk bertemu Sang Yang Widi dan Kusuma berharap saudara-saudaranya diberi kemakmuran dan setiap Kasada bulan Purnama tanggal 14 sekitar Putih Wetan agar di kirim sebagian dari hasil bumi yang ada di Tengger.
Jadi untuk Upacara Kasada para Dukun atau Pemuka Agama datang kesana atas permintaan Kusuma itu. Jadi setiap Bulan Purnama upacara Kasada selalu membawa sesaji sebagian.Itulah sebagian garis besar dari nama Tengger dan hari Kasada.� (Soedja�i, 2000).
Legenda Kasada di atas adalah garis besar untuk tradisi dan asal-usulnya orang Tengger sekarang. Legendanya bersifat empat yang penting. Sifat yang pertama adalah dewa Gunung Bromo tidak punya identitas diri sendiri dan hanya dipanggil oleh nama �Sang Yang Widi�. Dewa Gunung Bromo hanya punya nama waktu �Dewa Kusuma� berubah dan menjadi roh leluhur. Sifat yang kedua adalah bahwa akibatnya dari legenda adalah bawah �Joko Seger� dan �Rara Anteng� menjadi cikal bakal untuk orang Tengger sekarang. Pula �Joko Seger� adalah orang gunung sedangkan �Rara Anteng� adalah anak dukun. Sifat yang ketiga adalah bahwa asal-usulnya orang Tengger sekarang digambarkan sebagai dari kerajaan Majapahit. Sifat yang keempat adalah bahwa karena semua peran adalah orang Majapahit hal ini bermaksud orang Tengger tidak beragama Islam tetapi beragama Hindu-Budha.

4.4UpacaraKasada:
Upacara Kasada dilakukan pada tanggal 14 bulan Kasada dalam ketanggalan Tengger. Upacara adalah akibatnya dari perjanjian diantara cikal bakal orang Tengger, yaitu �Joko Seger� dan �Rara Anteng� dengan roh leluhur �Dewa Kusuma� dalam legenda Kasada di atas. Dalam kepercayaan manusia Tengger setiap tahun sekali ada enam selamatan, yaitu selamatan Kasada, Karo, Bujankapat, Kepitu, Wolu, Kasanga dan Kasada lagi (Bambang, 2000). Diantara semua selamatan tengger selamatan Kasada adalah upacara sesaji kepada �Dewa Kusuma�, yaitu roh leluher Gunung Bromo.
Tahun ini, yaitu tahun 2000 upacara Kasada akan dilakukan pada tanggal 15 Oktober. Oleh karena itu saya tidak dapat ikut upacara itu maka harus menyandarkan diri pada suatu laporan oleh Robert Hefner tentang upacara Kasada. Satu hari sebelum upacaranya mulai dan masa berkumpul di Laut Pasir semeninga dilakukan oleh Lurah Dukun di rumahnya. Kemudian satu hari setelah itu baru sebelum para dukun turun sampai Laut Pasir mereka melakukan semeninga lagi. Semeninga itu adalah persiapan untuk upacara-upacara bertujuan untuk beritahu para dewa-dewa sesaji akan mulai. Kemudian para dukun berjalan sampai Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo. Sementara masa berkumpul di Laut Pasir sekitar Poten itu siap untuk permulaan upacaranya. Pada tengah malam upacara Kasada mulai dengan Lurah Dukun menceritakan Legenda Kasada dan berdoa kepada �Dewa Gunung Bromo� dan �Dewa Kusuma�. Pula kalau ada dukun baru dia akan diresmikan oleh dukun lainnya pada saat itu. Setelah itu masa dan wakil-wakil setiap keluarga Tengger naik sampai puncak Bromo dan melempar sesajian ke dalam kawahnya. Sesajian tersebut termasuk hewan kambing, ayam dan kadang-kadang kerbau, juga tanaman hasil dari daerahnya dan uang. Dari tindakan beri sesajian kepada Dewa Gunung Bromo kehidupan rakyat akan direstui oleh dewanya. Kalau ada orang Tengger yang tidak ikut upacara Kasada, tindakan itu tidak dianggap parah karena setiap dukun adalah wakil desanya. Setelah orang memberi sesajian semuanya kembali ke rumahnya dan upacara Kasada sudah selesai (Hefner, 1989, pp.46-51).
Saat ini tidak hanya orang Tengger yang ikut upacara Kasada dan sesaji kepada �Dewa Kusuma�. Kelihatannya bahwa upacara itu punya arti lebih luas untuk orang yang lain di Jawa. Sekarang sering ada orang non-Tengger dan orang Cina yang datang untuk memberi sesajian bersama orang Tengger. Selain orang Jawa juga ada banyak orang dari seluruh Indonesia dan luar negri yang datang untuk menikmati kebudayaan Tengger dan suasana upacaranya.
4.5DuniaAkhiratdanManusiaTengger:
Sampai sekarang Gunung Mahameru belum dibicarakan dalam bidang kepercayaan manusia Tengger. Ada bukti bahwa pada zaman dulu manusia Tengger punya sistim kepercayaan tentang dunia akhirat yang termasuk Gunung Mahameru serta Gunung Bromo. Saya sendiri tidak menemukan bukti kepercayaan tersebut, tetapi menurut Robert Hefner beberapa desa di Tengger selatan punya sistim kepercayaan yang berikut. Mereka percaya bahwa waktu manusia meninggal dunia jiwanya menjadi roh leluhur dan mendiami Gunung Mahameru atau Gunung Bromo. Rakyat kecil akan mendiami Gunung Bromo serta para dukun dan kepala desa yang direstui dengan upacara �Pembaron� sebelum kematian akan mendiami Gunung Mahameru. Walaupun menurut orang di desanya upacara itu tidak dilakukan sejak tahun 1930-1940 (Hefner, 1989, p.160). Kalau sistim kepercayaan ini masih di desa Tengger atau tidak itu adalah bukti bahwa kepercayan orang Tengger tentang gunung dulu termasuk bidang dunia akhirat.
4.6ManusiaNon-TenggerdanGunung:
Fakta bahwa banyak orang selain orang Tengger ikut upacara Kasada adalah bukti bahwa daerah Tengger punya arti luas untuk manusia Jawa maupun manusia umum. Desa-desa terletak lebih rendah dan keliling daerah Tengger yaitu orang beragama Islam juga punya kepercayaan tentang Gunung Bromo. Manusia desanya melakukan selamatan kepada gunungnya sebagai tempat sumber mata air desanya. Pada malam Kasada pula ada upacara yang lain di Goa Widodaren untuk orang desa daerah rendah. Di samping Gunung Bromo ada gunung yang lain, di lereng gunung itu ada Goa Widodaren dan di dalam ada sumber mata air. Sumber mata air itu dipercayai sebagai sumber mata air yang memberi air untuk semua daerah di bawah daerah Tengger. Maka pada malam Kasada itu mereka melakukan selamatan kepada mahluk halus gunungnya untuk air yang bersih (Hefner, 1989, p.51).
Selain orang yang tinggal di desa-desa keliling daerahnya juga ada orang beragama Hindu di Bali yang punya kepercayaan tentang Gunung Mahameru. Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Angung di Bali dan dihormati oleh orangnya. Dari pembicaraan dengan orang Tengger sedikit sulit untuk mendapat informasi tentang kepercayaan manusia Bali terhadapGunung Mahameru. Walupun menurut Pak Bambang dukun desa Ranu Pani ada upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya waktu orang suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Upacara sesaji itu punya persamaan dengan upacara Kasada karena orang naik sampai puncak Mahameru dan melempar sesajian ke dalam kawahnya (Bambang, 2000). Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Widodaren untuk mendapat air suci (Soedja�I, 2000).
Setiap tahun ribuan orang dari seluruh kepulauan Indonesia naik ke puncak Mahameru. Waktu saya naik Gunung Mahameru ada anak sekolah/kulaih, anak pencinta alam, orang yang kerja di pabrik serta orang mistis. Semua orang tersebut punya alasan sendiri untuk naik ke puncak Mahameru. Ada orang yang naik untuk petualangan dan menikmati alam saja. Tetapi pula ada orang yang ikut mendapat pengalaman mistis dan memanjangkan hidupnya. Saya ketemu sama Pak Hartok Imada beragama Islam dan pemimpin kelompok Daspalala waktu saya naik gunung. Dia bercerita tentang pengalaman dia waktu dulu dia naik ke puncak. Pak Hartok bersama 20 orang naik sampai puncak Mahameru bertujuan mendengar suara Tuhan. Mereka semedi di puncak dari jam 12 siang sampai matahari terbenam. Sementara semedi di puncak mereka mendengar suara Tuhan, selain itu dia percaya bahwa hidup dia akan dipanjangkan oleh pengalaman itu.
Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyak orang ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami daerah keliling gunungnya. Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau. Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati. Pak Hartok bercerita bahwa dia sudah ketemu sama hantu di Ranu Kumbolo daerah Tengger Selatan. Menurut ceritanya pada tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah danaunya dan tiba-tiba ada hantu yang terwujud. Orang yang lain di daerahnya bercerita kalau orang punya kekuatan mistis dia akan melihat hantu dan dapat bicara dengan hantu. Kalau orang percaya pada hantu atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Tengger didiami oleh hantu-hantu.

Kesimpulan

Kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung berapi dari zaman prasejarah sampai sekarang memang masih kuat. Orang yang tinggal di daerah Gunung Merapi percaya bahwa ada Kraton Mahluk Halus di gunungnya yang mirip Kraton Mataram dalam duina manusia. Selanjutnya Kraton Mahluk Halus tersebut adalah bagian kosmologi manusia yang lebih luas termasuk Laut Selatan, Gunung Lawu dan Khayangan, Dhepih dalam dunia gaib dan Kraton Mataram di Yogyakarta dalam duina manusia. Rakyat yang tinggal di desa-desa terletak di lereng Gunung Merapi yang punya kepercayaan mengenai dunia akhirat dan roh leluhur yang pula termasuk kosmologi gaib tersebut. Ada teori dari para paranormal dan para dukun bahwa tahun ini yaitu tahun 2000 Gunung Merapi akan meletus. Maka manusia akan kena kemurkaan para mahluk halus yang mendiami Gunung Merapi karena keadaan manusia dan politik di Indonesia saat ini. Sebaliknya ada orang di daerah Tengger yang percaya bahwa Gunung Bromo didiami oleh mahluk halus serta roh leluhur yang dianggap sebagai cikal bakal manusia Tengger. Orang di beberapa desa Tengger pula punya kepercayan mengenai dunia akhirat dan termasuk Gunung Mahameru serta Gunung Bromo. Selanjutnya gunung di daerah Tengger juga berarti luas untuk orang non-Tengger yang datang ke daerahnya untuk rekreasi, upacara atau semedi. Dalam bab ini lebih dulu saya akan membandingkan dua daerah penelitian saya dengan melihat persamaan dan perbedaan diantara dua daerah tersebut. Kemudian saya akan mempertimbangkan asal-usulnya kepercayaan masyarakat terhadap gunung di Jawa.
5.1PersamaanKepercayaanManuisaJawa:
Dari kepercayaan manusia di dalam kedua daerah pelitian saya, yaitu daerah Gunung Merapi dan daerah Tengger saya menemukan enam persamaan dalam unsur kepercayaannya. Persamaan yang pertama adalah orang di daerahnya percaya ada dunia gaib, yaitu mahluk halus, dewa-dewa dan roh leluhur. Persamaan yang kedua adalah mereka percaya bahwa gunung-gunung adalah tempat gaib. Misalnya mereka percaya bahwa Gunung Merapi mendiami oleh mahluk halus serta roh leluhur. Persamaan yang ketiga adalah bahwa kepercayaan manusia ini didasarkan dalam legenda. Di daerah Gunung Merapi ada legenda �Kyai Sapujagad� dan untuk Gunung Bromo di daerah Tengger ada legenda �Kasada�. Persamaan yang keempat adalah akibat dari kedua legenda di atas adalah perjanjian diantara para mahluh halus dan manusia untuk memberi sesajian setiap tahun sekali. Upacara sesaji terhadap Gunung Merapi adalah upacara �Labuhan� dan untuk Gunung Bromo adalah upacara �Kasada�. Persamaan yang kelima adalah bahwa setiap daerah punya kosmologi manusia yang menganggap gunung sebagai perlabuhan kosmologinya. Di daerah Tengger, Gunung Bromo dianggap sebagai tengah alam semesta dan selalu berada ke selatan dari desanya sedangkan Gunung Merapi sebagai unsur utara dan perlabuhan kosmologi manusianya. Persamaan yang keenam adalah kepercayan terhadap dunia akhirat yang termasuk gunungnya. Walaupun kepercayaan ini adalah kepercayaan dari minoritas dalam masyarakat, yaitu desa-desa terpisah, kepercayaannya memang masih bersama di dalam dua daerahnya.
5.2 Perbedaan Kepercayaan Manusia Jawa:
Kepercayaan manusia di dalam kedua daerahnya memang adalah kepercayan berbeda, tetapi saya hanya bisa temukan tiga perbedaan yang pokok. Perbedaan yang pertama adalah bahwa Gunung Merapi didiami oleh suatu kraton mahluk halus sedangkan Gunung Bromo didiami oleh satu mahluk halus serta roh leluhur, yaitu �Dewa Kusuma�. Dewa Kusuma itu adalah hubungan diantara dunia manusia dan dunia gaib. Perbedaan yang kedua adalah fungsinya legenda di dalam dua daerahnya. Legenda �Kasada� berfungsi menjelaskan asalnya cikal bakal orang Tengger sedangkan legenda �Kyai Sapujagad� berfungsi menjelaskan tentang dunia gaib serta menebalkan kekuatan mistis raja dari Kerajaan Mataram. Perbedaan yang ketiga adalah kosmologi manusia di daerah Gunung Merapi tidak langsung ikut kosmologi agama Hindu seperti di dalam daerah Tengger. Walaupun berada tiga perbedaan pokok dan banyak yang kecil, kepercayaan manusia terhadap gunungnya masih bersifat yang sama lebih banyak.

5.3 Asal-usul Kepercayaan Masyaraskat Terhadap Gunung Berapi:
Kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung di dalam dua daerah penelitian saya punya banyak kesamaan sifat walaupun agama, sejarah dan adat adalah berbeda. Untuk memeriksaan sistim kepercayaan di dalam dua daerah tersebut, itu adalah perlu untuk mempertimbangkan asalnya kepercayaan manusia yang di atas. Menurut saya ada tiga asalnya yang harus dipertimbangkan, yaitu unsur sejarah, unsur agama Hindu-Budah dan unsur kepercayaan animisme (melihat diagram 5.1).
Diagram 5.1: Asalnya Kepercayaan Manusia Jawa Terhadap Gunung:

Unsur Sejarah Unsur Agama Unsur Kepercayaan
Hindu Budah Animisme




Kepercayaan Manusia
Terhadap Gunung
5.3.1 Unsur Sejarah:
Unsur sejarah dalam kepercayaan mausia di dalam dua daerah penelitian saya memang unsur yang penting. Kepercayaan manusia diresmikan dengan legenda dan setiap legenda didasarkan pada sejarah. Di dalam daerah Gunung Merapi legenda �Kyai Sapujagad� didasarakn dalam sejarah Kerajaan Mataram kedua dan terutama pada waktu kerajaan itu muncul dan berfungsi mengesahkan kekuatan mistis raja Mataram. Legenda �Kyai Sapujagad� memperkuatkan kepemimpinan Raja Mataram karena ceritanya mengambarkan dunia manusia berkeselarasan dengan dunia alam dan gaib. Legenda Kasada dari orang Tengger pula adalah didasarkan dalam sejarah. Semua peran dalam ceritanya adalah orang Majapahit berfungsi menekankan asal orang Tengger beragama Hindu-Budah. Karena legenda-legenda di atas didasarkan dalam sejarah, unsur sejarah dapat dianggap sebagai salah satu asal-usul kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung.
5.3.2 Unsur Agama Hindu-Budha:
Agama Hindu-Budha menguasai pulau Jawa selama delapan abaddan agama itu memang pengaruhi kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung. Di dalam dua daerah penelitian saya orang percaya bahwa gunung didiami oleh mahluk halus, dewa-dewa atau roh leluhur. Kepercayaan manusia ini sesuai dengan kepercayaan dalam agama Hindu tentang Gunung Meru. Gunung Meru menurut orang beragama Hindu adalah rumahnya para dewa-dewa dan berada sebagai hubungan diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Tempat Bergunung-gunung sepanjang sejarah agama itu dipakai sebagai tempat semedi. Simbolisme agama Hindu dalam kepercayaan manusai Jawa memang kuat sekali. Misalnya nama Gunung Merapi serta Gunung Mahameru diambil langsung dari nama Gunung Meru dalam agama Hindu. Selanjutnya nama Gunung Bromo dipercayai diambil dari dewa yang dihormati di daerahnya, yaitu dewa Brama. Pula Laut Pasir diletak keliling Gunung Bromo bereferensi dalam ayat wejangan Jawa kuno bernama �Prastha Nikaparwa�, sebagai tempat yang harus dilewati oleh para Pandavas dan berada Gunung Meru di horizon. Kraton Mahluk Halus Merapi sebagai kerajaan gaib memang juga sesuai dengan konsep Gunung Meru.
Selain konsep tentang Gunung Meru di dalam daerah Gunung Merapi serta Daerah Tengger manusia percaya pada kosmologi didasarkan dalam lima unsur. Lima unsur tersebut termasuk posisi tengah bersama empat mata angin. Menurut agama Hindu berada dewa Siva di tengah, dewa Iswara ke timur, dewa Brama ke selatan, dewa Mahadewa ke barat dan dewa Visnu ke utara. Mengenai kosmologi manusia di daerah Gunung Merapi juga berunsur lima, yaitu Kraton Mataram Yogyakarta di tengah, Kraton Mahluk Halus Merapi ke utara, Kraton Mahluk Halus Laut Selatan ke selatan, Gunung Lawu ke timur dan Khayangan, Dhepih ke barat. Kosmologi manusia Tengger berhubungan lasgsung dengan kosmologi agama Hindu di atas.
5.3.3 Unsur Kepercayaan Animisme:
Seluruh kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung berunsur kepercayaan animisme dari zaman prasejarah sampai sekarang, termasuk kepercayaan tentang mahluk halus, roh leluhur yang mendiami macam-macam tempat adalah kepercayaan animisme. Di daerah Tengger orangnya percaya bahwa Gunung Bromo didiami oleh roh leluhur bernama �Dewa Kusuma� dan dia adalah penengah diantara dunia manusia dan dunia gaib. Di daerah Gunung Merapi didiami oleh kerajaan mahluk halus. Penduduk di daerah keduanya punya kepercayaan tentang dunia akhirat. Mereka percaya waktu manusia meninggal dunia jiwanya menjadi roh leluhur setelah empat puluh hari. Kemudian roh leluhur itu akan mendiami sesuatu tempat menurut kepercayaan masyarakat setempat. Banyak orang Jawa percaya bahwa hantu-hantu yang menganggu manusia dan mendiami tempat-tempat yang lain. Semua kepercayaan di atas berasal dari kepercayaan animisme dan berunsur kepercayaan manusia Jawa terhadap gunung.

how to mountaineering ?

Kata mountaineering sendiri memperlihatkan bahwa ada banyak hal yang dapat dilakukan atau dihubungkan dengan gunung. Dengan kata lain kegiatan yang dapat dilakukan dalam kerangka mountaineering tidak hanya pendakian gunung semata. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam mountaineering adalah :
o Mendaki gunung (mountain hiking)
o Memanjat tebing (rock climbing)
o Memanjat gunung es (ice climbing)
o dan snow climbing.
Dalam literatur terdahulu (The Freedom of the Hills dan Mountain Leadership) telah sangat detail menguraikan tentang mountaineering. Oleh karena ruang lingkup penulis sangat sempit yaitu hanya membahas tentang Mendaki Gunung (mountain hiking) maka penulis mencoba menulis dalam jalur mendaki gunung saja.

1. Cara Mendaki Gunung yang baik (hiking savety)
Tidak hanya keselamatan yang dibawa pulang oleh para pendaki, tidak sedikit para pendaki yang harus pulang namanya saja ketika mendaki sebuah gunung. Ada banyak penyebab mengapa kecelakaan di gunung terjadi disamping faktor humam error, faktor alam juga berperan pada suatu kecelakaan di gunung. Beberapa faktor humam error yang menyebabkan kecelakaan terjadi antara lain :
- Minimnya pengetahuan si pendaki tentang karakteristik medan yang akan dilaluinya.
- Membuka jalur baru tanpa pengetahuan navigasi dan survival yang memadai.
- Tersesat di hutan, karena kekurangan makanan dan air.
- Terjadinya gap dan perbedaan pendapat dalam kelompok pendaki.
- Kecerobohan leader dalam penentuan jalur yang akan dilalui.
Disamping karena faktor human error kecelakaan di gunung juga disebabkan oleh faktor alam yang antara lain :
- Suhu yang tiba-tiba turun drastis dikarenakan perbedaan suhu sekitar gunung menyebabkan turunnya daya tahan pendaki.
- Badai gunung.
- Binatang buas.
- Kebakaran hutan.
- Longsornya tebing gunung.
- Gas beracun.
Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di gunung ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh si pendaki. Diantaranya adalah :
- Pendakian sebaiknya dilakukan oleh minimal 3 orang atau lebih.
- Membawa peralatan yang lengkap diutamakan peralatan pribadi misalnya jaket, sarung tangan, tutup kepala sepatu dan jas hujan.
- Kekompakan tim dalam perjalanan sangat vital dan diperlukan agar tercipta suasana saling membantu dan menghargai, sehingga perjalanan akan semakin cepat dan baik.
- Mempunyai leader atau pemimpin yang berpengalaman baik mental maupun pengetahuan agar dalam keadaan tertentu tidak terjadi perpecahan karena kurangnya wibawa leader.
- Logistik dan air yang dibawa haruslah cukup minimal untuk sendiri selama dalam perjalanan.
- Kesehatan pendaki haruslah dalam keadaan baik.

2. Pengetahuan yang dibutuhkan saat proses pendakian
Dalam pendakian seorang pendaki minimal memiliki pengetahuan yang dapat menyelamatkan dirinya sendiri, sebelum menyelamatkan orang lain. Diantara pengetahuan tersebut antara lain :


a. Navigasi Darat
Navigasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas Navis artinya perahu atau kapal sedangkan Ageke berarti mengarahkan. Namun kata navigasi tidak dapat berdiri sendiri, misalnya yang berhubungan dengan pesawat terbang, mulanya dinamakan aero navigation berasal dari avis (burung) dan ageke (mengarahkan) lalu digabung menjadi air navigation. Kemudian istilah ini juga disingkat dalam buku-buku petunjuk navigasi udara menjadi navigasi.
Peta.
Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dalam sebuah bidang datar baik kertas ataupun bidang-bidang datar lainnya. Tujuannya adalah si pengguna tahu keberadaannya dan dapat mengetahui perjalanan yang akan ditempuhnya.
Pembuatan peta dikenal manusia sudah lama sekali, yaitu sejak sebelum masehi. Peninggalan hasil karya manusia yang berhubungan dengan pembuatan peta ini masih bisa disaksikan di Amerika Serikat tepatnya di meseum Semit Harvard. Peta-peta peninggalan bangsa Babilonia, Mesir dan Cina.

Pemetaan di Indonesia

Pemetaan di Indonesia yang dilakukan oleh Belanda abad ke 18 dilakukan untuk kepentingan Misi kolonial Belanda di tanah air, terutama dalam rangka menguasai daerah jajahaannya. Pemetaan dilakukan dari laut dengan menggunakan kapal-kapal Belanda juga pengukuran di darat untuk membuat peta topografi sekitar 15% dari seluruh wilayah Indonesia yang meliputi Jawa, Bali, Bangka dan Belitung.
Kemudian setelah Belanda meninggalkan Indonesia, tugas pemetaan ini dikerjakan oleh Direktorat Topografi Angkatan Darat. Pada tahun 1969, tugas ini dilanjutkan oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKORSUTANAL) yang merupakan instansi sipil.
Peta yang biasa digunakan, khususnya dalam kegiatan di alam bebas adalah peta topografi. Peta ini juga banyak digunakan dalam kepentingan militer. Peta topografi mempunyai keistimewaan karena mengandung informasi seperti relief permukaan bumi, persawahan, pemukiman, jaringan sungai, jalan dan sebagainya.
Peta topografi yang, seperti yang telah kita ketahui, mempunyai skala yang besar yang merupakan keistimewaan peta ini. Karena skalanya yang besar inilah biasanya peta topografi yang menggambarkan suatu wilayah yang kecil saja.
1 : 50.000
1 : 25.000
1 : 5.000 (untuk wilayah kota)
peta topografi ini biasanya digunakan dalam kegiatan :
1. Untuk pengembaraan, pendaki gunung dan untuk militer
2. Untuk pembuatan jalan
3. Sebagai peta dasar dalam pembuatan peta tematik

Cara memperoleh peta topografi
Banyak yang bingung untuk mendapatkan peta topografi ini karena biasanya peta ini tidak dapat dibeli di toko-toko bebas dan hanya didapat di :
1. Klub-klub pendaki gunung yang telah banyak melakukan pendakian.karena biasanya klub-klub ini banyak mengoleksi peta peta topografi.
2. Menghubungi Museum Geologi Bandung, di Jalan Supratman Bandung. dan biasanya untuk mendapatkan peta ini dan kita membelinya dengan biasanya cetak yang telah dinegosiasikan terlebih dahulu.
3. Bakosurtanal atau Badan koordinasi survei dan pemetaan di Indonesia dan alamatnya adalah Jl. Dr. Wahidin 1/11 Jakarta.


Titik Triangulasi
Titik triangulasi adalah suatu titik yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut.
Manfaat titik ini adalah untuk mengetahui tingginya tempat selain dengan menggunakan garis ketinggian.
- Primer
- Sekunder
- Tersier
- Kuarter

Azimuth
Azimuth adalah sudut-sudut mendatar (horiziontal) yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari garis tetap ke arah utara.
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan arah di lapangan dan peta. Dengan kata lain dalam penggunaan praktisnya sudut-sudut ini akan sangat berguna dalam perhitungan di peta.

Menentukan Posisi Di Peta Dengan Menggunakan Pengetahuan Tentang Garis Singgung
Untuk menentukan kedudukan titik di peta, salah satu cara yang dapat ditempuh dengan berbekal pengetahuan tentang garis ketinggian, dapat dilakukan cara sebagai berikut :
Tentukanlah suatu titik yang dapat diidentifikasikan di peta dan di lapangan.misalnya Gunung Buled, lalu tarik garis dan titik yang di identifikasikan tersebut. Buatlah perkiraan beberapa bagian dari gunung tersebut yang telah dijalani. Misalnya baru 3 bagian dari gunung tersebut, tandailah dengan pensil pembagiannya, maka akan didapat perkiraan posisi kita di peta.

Memperkirakan Waktu Tempuh Dengan Pengetahuan Tentang Skala Dan Tanjakan
Dalam perjalanan yang sesungguhnya di alam, memperkirakan waktu tempuh yang akan dibutuhkan dalam perjalanan yang telah direncakanan sangatlah penting. Untuk hal itulah maka ada ketentuan yang dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan waktu tempuh.ketentuan ini dikenal dengan istilah Ketentuan Naizimith ketentuan itu antara lain :
Untuk jalan datar
Jarak 5 km memerlukan waktu sekitar 60 menit
Jarak 1 km memerlukan waktu sekitar 10 menit
Jarak 50 meter memerlukan waktu sekitar 5 menit

Arah.
Dalam kehidupan biasa mungkin kita hanya mengenal arah yang empat dan empat lainnya. Dan kita pun hanya mengenal satu macam barat, utara, timur dan selatan. Akan tetapi lain halnya dalam perhitungan peta. Misalnya arah utara memiliki 3 buah definisi yang satu sama lain berbeda.
1. Utara Sebenarnya (True North) yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh meridian dan menuju ke kutub utara.
2. Utara Peta (Grid North) yaitu arah yang ditunjukkan oleh garis-garis koordinat peta tegak ke bagian atas peta dan hanya terdapat dalam peta.
3. Utara Magnetis (Magnetic North) yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh kompas yang arahnya ke kutub utara magnetis, dapat dibuktikan secara langsung di lapangan.
b. Survival
Asal kata yang jelas yaitu survive atau bertahan maka secara umum dapat diartikan bahwa survival adalah bagaimana cara bertahan hidup dengan keadaan yang seadanya. Mungkin sebagai bahan perbandingan seorang Tedi Sumardiman dari Palawa Unpad mengemukakan sebuah rumus dalam survival yaitu S T O P.
S top = Berhenti bergerak dan kuasai diri
T hinking = Berpikir untuk membuat keputusan
O bserve = Memperhatikan keadaan sekitar
P lanning = Merencanakan sebuah tindakan yang efektif.
Ada beberapa tekanan yang penting yang mempunyai pengaruh besar pada manusia :
- Rasa takut yang berlebihan.
- Kesakitan, luka-luka atau penyakit.
- Kepanasan atau kedinginan.
- Kehausan.
- Kelaparan.
- Kelelahan.
- Kurang tidur.

c. Geographiical Positioning System (GPS)
Saat ini telah banyak para pendaki baik lokal maupun mancanegara yang telah memanfaatkan alat navigasi sistem GPS (Geographical Positioning System) sebagai pedoman dalam perjalanannya. Sistem ini dikembangkan dengan bantuan satelit militer Amerika Serikat yang digunakan untuk kebutuhan komersial.
Sebenarnya alat ini digunakan untuk navigasi udara, tetapi dalam perkembangan selanjutnya alat ini juga bisa digunakan untuk navigasi darat dan laut. Secara garis besarnya bentuk alat ini tidak terlalu besar dan dapat digenggam dan pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3 satelit pengamat.


d. Teknik Ukur dan Hitung
Pengukuran Jarak Sebenarnya di Peta

Untuk garis yang mendatar dan lurus dapat digunakan penggaris, caranya yaitu panjang
garis yang didapat setelah diukur dengan penggaris dikalikan dengan skala, maka didapat
jarak yang sebenarnya.
Rumus Js x S = Jp
Jp : S = Js
Jp : Js = S
Js = jarak sebenarnya
S = skala peta
Jp = jarak pada peta

contoh : jarak pada peta adalah 10 cm dengan skala peta adalah 1 : 50.000
maka jarak sebenarnya adalah :
10 : (1 : 50.000) = 10 x 50.000
= 500.000 cm
= 5000 m
= 5 km


Mengitung Besarnya Sudut Tanjakan

Rumus dasar untuk menghitung sudut tanjakan adalah

Sudut Tanjakan = T : A

dimana T = Tinggi Nisbi
A = Alas (jarak mendatar di medan)

untuk mencari sudut tanjakan tersebut dapat dinyatakan dengan :
pecahan = T : A
persen = T/A x 100%
ribuan = T/A x 1000%
derajat = T/A x 57,3 derajat


Resection cara belakang
cara resection digunakan apabila kita ingin mengetahui posisi secara tepat di peta,
caranya adalah sebagai berikut :
a. mengatur peta dengan benar
b. memilih dua titik yang sudah dikenla benar di peta dan di lapangan
c. kemudian bidik kedua titik itu dan catat sudut-sudut yang didapat dari bidikan
kompas tadi misalnya titik x
d. tentukan arah utara peta pada titik yang ditandai tersebut caranya dengan membuat
garis yang tegak lurus dengan sumbu y
e. hitung dan gambarkan sudut yang didapat dari pada titik A dan B perhitungan sudutnya
dimulai dari sudut kompas pembidikan ke titik A dan B
f. dari sudut yang didapat dan digambarkan tersebut buatlah perpanjangan garis hingga
titik A dan B memotong di suatu titik.
g. perpotongan itulah tempat dimana kita berada saat itu.



I n t e r e s e c t i o n

definisi ; interesection berarti menentukan letak suatu titik (sasaran) di medan atau di peta.
kegunaannya adalah untuk mengetahhui posisi seseorang di peta, mengetahui secara tepat
obyek yang akan dicari.

cara melakukan interesection :
1. tentukan 2 titik di medan yang mudah dikenal, baik di peta dan di lapangan
2. dari dua titik tersebut, tentukan sudut kompas ke sasaran yang akan diketahui di peta
3. ubahlah sudut kompas menjadi sudut peta
4. sudut kompas yang didapat, secepatnya dilukiskan pada peta. lalu pindahkan pada
dua titik yang telah ditentukan di peta tersebut.
5. perpotongan garisnya merupakan letak sasaran yang ingin diketahui di peta.
6. tentukan koordinatnya.

contoh :

diketahui :
ikhtilaf UP-UM 2 derajat timur
sudut kompas dari A ke sasaran 55 derajat timur
audut kompas dari B ke sasaran 217 derajat timur

maka penyelesaiannya adalah :
sudut peta dari A ke sasaran 55 + 2 = 57
sudut peta dari B ke sasaran 217 - 2 = 215

sekilas tentang navigasi

Navigasi adalah pengetahuan untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, posisi kita di alam bebas dan menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.

Pengetahuan tentang navigasi darat ini meliputi
1. Pembacaan peta
2. Penggunaan kompas
3. Penggunaan tanda-tanda alam yang membantu kita dalam menentukan arah

Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti

1. Peta topografi
2. Penggaris
3. Kompas
4. Konektor
5. Busur derajat
6. Altimeter
7. Pensil


PETA TOPOGRAFI

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Peta Topografi.

Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur.

Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.

2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.

3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.


4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.

5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120� 32� 12" BT 5� 17� 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.

Misal: 72100 mE dibaca 21, 9� 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.

6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan

JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN

Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.

7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu
utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah
separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.

Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah
Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71�).
Dengan diagram sudut digambarkan

US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH

8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu�.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90�.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.

9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi :

a. Titik Primer, I�. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993

10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:

a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain


MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI

A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA/NILAI INTERVAL KONTUR
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur.

C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
o Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
o Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
o Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai
dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
o Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60
menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
o Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
o Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan
perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi
punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung
lembah dan lain-lainnya.
o Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat
lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang
disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta)
memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang
lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan
didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360�) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
o Kemiringan lereng + Panjang lintasan
o Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
o Keadaan cuaca rata-rata.
o Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
o Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106� 4$� 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.
Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0� - 360�). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180� maka sudut kompas dikurangi 180�. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180�.

I. TEKNIK MEMBACA PETA
Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
o 10� X 10� untuk peta 1 : 50.000
o 20� X 20� untuk peta 1 : 100.000

Untuk peta ukuran 20� X 20� disebut juga LBD, sehingga pada 20� pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.

40.068 km: (360� : 20�) = 40.068 km: (360� : 1/3) = 40.068 km: (360� X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km

Jadi 20� pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.

Akibatnya I LBD peta 20� x 20� skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

3. Lembar Peta
Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10� X 10� atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
4. Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106� 48� 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0

b. Panjang dari Barat ke Timur = 46� 20�, tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106� 48� 27,79" BT - (12� + 46� 20� BT) = 8� 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat

Keterangan
o Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat
ada di Pulau Weh.
o Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,2,3,..,139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II, III LI).
o LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No. 47/XLI.
o Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan garis mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.

c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0� Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan� bujur 0� Jakarta
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10� LS serta 0� 40� dan 0� 50� Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan� Jakarta.
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.


Contoh
o Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40� Timur Jakarta atau
15� 40� - 12� = 3� 40� BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
o Batas Selatan dan 0� Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40� atau 13� 40� 6" = 7�
40� LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10�.
Sehingga didapat : 7� 40� - 10� = 7" 30� LS

f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40�, sedang batas Selatan adalah 7" 30� LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15� 40� X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40� X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110� 28� BT dan 7� 30� LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
o 110� 28� - 94" 40� = 15" 48�
15� 48� X 3 = 47t� 24� (batas paling Timur)
o 60 + 7" 30� = 13" 30�
130 30� X 3 = 40� 30� (batas paling Selatan)

h. Perhitungan di Koordinat Geografis
o CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10� X 10�, seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,
dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI - B
Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI - B
1060 48` 27,79" + 30 40� = 110� 28� 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1� l4�52"
1100 28� 27,79" BT - 1� 14,52" = 110� 27� 13,27" BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).
Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"
7� 30� LS - 25,92" = 7f� 29� 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110� 27� 13,27" BT dan 7� 29� 34,08" LS. 1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari :
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5� X 5�

o CARA II
Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 � 14,39"
110� 28� 27,79" BT - 1� 14,39" = 11 Of� 27� 13,40" BT
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"
7� 30� LS - 25,87" = 7t� 29� 34,13" LS
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0�� 27� 13,40" BT dan 7� 29� 34,13" LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".
Untuk penggunaan peta 5� X 5�, 10� X 10� dan 20� X 20� tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110� 27� 13,27" BT dan 7� 29� 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B"